Liburan Imlek bingung mau liburan
kemana. Berdiam diri dirumah juga membosankan rasanya. Mau ke Solo bosen, pasti
ramai. Mau ke Lawu juga bosen, sudah sering ngadem disana. Akhirnya kepikiran
untuk main ke Bledug Kuwu di Grobogan. Pagi itu jam setengah 7 pagi berangkat
dari rumah dengan cuaca yang cukup cerah agak mendung-mendung tipis. Rasanya
cuacanya enak buat jalan-jalan naik motor ke Grobogan, tidak terlalu panas.
Tancap
gas dengan kecepatan 50-60 kilo meter per jam, perjalanan saya nikmati dengan
santai. Menikmati hamparan sawah, lading jagung, dan hutan jati yang ijo
royo-royo sungguh menyejukkan mata. Rute yang saya lewati kali ini adalah
Sragen – Tangen – Galeh – Kuwu.
Kurang
lebih satu jam perjalanan akhirnya tiba juga saya di Kuwu. Langsung saja saya
focus menuju ke Bledug Kuwu. Sebelum ke lokasi Bledug Kuwu saya sempat mampir
juga ke bekas Stasiun Kuwu SJS yang tak jauh dari lokasi wisata Bledug Kuwu.
Kondisi stasiun masih sama seperti dulu, tidak jauh berubah. Bangunannya masih
menjadi toko bangunan dan bisa dibilang terawat (baca artikel saya blusukan
petak Wirosari – Kuwu ya).
Karena memang tidak berencana
blusukan saya hanya melihat sebentar saja di bekas Stasiun Kuwu. Kemudian
perjalanan saya lanjut ke Bledug Kuwu. Kurang lebih 3 menit saya menikmati
Bledug Kuwu dari luar pagar (malas masuk ke lokasi, karena takut bayar tiket,
hehehe).
Karena
sudah merasa puas dan rasanya nanggung kalau langsung balik pulang, akhirnya
saya iseng berencana pulang ke Sragen dengan rute memutar lewat Grobogan kota.
Langsung saja saya tancap gas. Sesampainya di pertigaan Wirosari saya jadi
kepikiran untuk blusukan di jalur Wirosari – Grobogan. Soalnya di lintas sejauh
18 km tersebut dahulu saya hanya sepintas saja melewatinya saat blusukan ke
Blora.
OK
akhirnya saya niatkan blusukan dilintas Wirosari – Grobogan kurang lebih sejauh 18 km. Perlahan
tapi pasti motor saya geber kea rah Grobogan. Sembari clingak clinguk barang
kali saya menemukan artefak perkeretaapian yang belum terdokumentasi dulu. 15
km perjalanan ternyata saya berhasil menemukan beberapa peninggalan kereta api,
yaitu bekas jembatan dan pondasi jembatan.
Untuk
peninggalan berupa rel kereta saya hanya menemukan di 2 titik saja. kenapa
sangat sedikit? Karena jalan nya sudah ditinggikan dan tanah disamping jalan
raya sudah ditutup tanah. Sehingga bekas jalur kereta sudah tertimbun. Namun
dugaan saya di petak ini bekas jalur kereta juga sudah banyak yang dicabuti.
Hanya patok milik PT. KAI saja yang bisa dijadikan petunjuk.
Bekas Besi
Jembatan Kereta Api yang Tertinggal di Petak Wirosari – Grobogan
Plang Aset PT.
KAI
Bekas Pilar
Jembatan Kereta yang Mulai Goyah
Wesel 1
Wesel 2
Sepanjang
penelusuran awal saya yang berjarak kurang lebih 15 km, saya tidak menemukan
satupun bekas bangunan halte atau stasiun yang tersisa. Memang menurut
referensi yang dahulu pernah say abaca, disepanjang jalur tersebut sudah tidak
menyisakan bangunan halte. Hal ini dikarenakan adanya pelebaran jalan dan
bangunan halte yang hanya terbuat dari kayu.
Akhirnya
sampai juga perjalanan saya memasuki Kota Grobogan. Disini saya mulai berjalan
pelan. Karena banyaknya percabangan jalan dan tidak ada peta yang memandu saya.
Saya hanya mengandalkan insting saja dan kejelian melihat patok-patok milik PT.
KAI.
Sebelum
masuk ke Kota Grobogan, saya melewati sebuah sungai besar dimana disana
terdapat bekas jembatan kereta yang masih utuh dan terawatt berwarna biru.
Mungkin bangunan jembatan tersebut sekarang dipelihara oleh PDAM. Bangunan
pondasi dan besi-besinya masih terlihat kokoh. Hanya saja besi rel dan
bantalannya sudah raib. Jika ikuti jalur tersebut akan mengarah ke Alun-alun
Kota Grobogan.
Bekas Jembatan
Kereta
Jalur Kereta
Menuju Kota Grobogan
Sembari
mengikuti patok PT. KAI perjalanan saya lanjutkan kerah kota. Dari jembatan
bekas jalur kereta telah berubah menjadi area trotoar dan tertutup blok paving.
Penelusuran saya tibalah di Alun-Alun Grobogan. Bekas jalur kereta dahulu
berada persis disamping Alun-Alun Grobogan dekat Pendopo Bupati. Betapa
indahnya dahulu saat kereta melintasi tengah kota.
Dari
alun-alun, jalur kereta mengarah ke barat melewati depan kantor pos dan
menikung berbelok kearah Simpang Lima Purwodadi. Belokan jalur kereta ini
berada di patung kuda segitiga emas Grobogan. Terus berjalan pelan saya
mengikuti insting dan patok yang bisa saya temui. Penelusuran saya mengantarkan
saya di Pasar Grobogan dimana didepannya terdapat terminat angkutan kota yang
dulu merupakan bekas Stasiun Purwodadi.
Sebelum
memasuki stasiun, saya sempat melihat bangunan tua dengan ukuran yang cukup
besar. Saya memperkirakan bangunan tersebut adalah bangunan gudang. Bentuknya
hamper mirip dengan bangunan gudang Stasiun Demak. Kini bangunan tersebut telah
beralih fungsi menjadi toko material. Kondisi bangunannya bisa dibilang masih cukup
baik meskipun pada bagian fasad kayu luarnya telah banyak yang lapuk. Kondisi
memprihatinkan justru disandang bekas bangunan dipo yang kini menjadi tempat
pengumpulan barang bekas.
Sampainya
di Kota Grobogan ini berakhir pula penelusuran saya. Semakin bertambahnya tahun
dan pesatnya pembangunan kota jejak-jejak peninggalan kereta masa lalu memang
susah untuk ditemukan. Semoga ini bisa menjadi dokumentasi yang berharga.
Bekas Jalur
Kereta Melintas di Depan Alun-Alun Grobogan
Jalur Kereta
Berbelok di Segitiga Emas Purwodadi
(Perhatikan
Plang dan Patok PT. KAI)
Bekas Jalur
Kereta di Belakang Patung Kuda
Bekas Bangunan
Gudang
Akhir Jalur dari
Gudang
Simpang Lima
Purwodadi
Bekas Bangunan Dipo
Bekas Stasiun Purwodadi
Stasiun Purwodadi
sumber: kitlv.nl
Plang Nama Stasiun Purwodadi
sumber: video sejarah
Purwodadi Tempo Dulu
sumber: Purwodadi Tempo Dulu
Bekas Papan S35
Dekat Simpang Lima yang Sudah Hilang