REDOKUMENTASI JALUR NGROMBO – GODONG GROBOGAN
Beranjak meninggalkan Stasiun Gundih
di Desa Geyer, perjalanan segera saya lanjutkan menuju ke Kota Purwodadi. Kali
ini tujuan pertama saya adalah di petak jalur non aktif Stasiun Ngrombo –
Alun-alun Purwodadi. Perlu diketahui bahwa jalur tersebut pada masa lalu adalah
jalur penghubung antara jalur NIS yang membentang dari Semarang – Cepu dengan
jalur milik SJS yang membentang dari Demak – Blora. Percabangan jalur ini
sebenarnya mirip dengan percabangan jalur di Stasiun Wirosari SJS yang
terhubung juga dengan Stasiun Kradenan NIS.
Setengah jam perjalanan akhirnya
saya tiba di Stasiun Ngrombo. Stasiun
Ngrombo adalah stasiun terbesar dan teramai di Kabupaten Grobogan. Tahun
2014 saya pernah transit di stasiun ini dengan menggunakan kereta api Harina
dari Surabaya menuju Semarang. Di stasiun ini bekas jalur percabangan menuju
alun-alun kota sudah tidak bisa dijumpai. Dari Stasiun Ngrombo percabangan
jalur menuju kearah utara masuk ke area perkampungan warga dan kemudian tembus
hingga berada disamping kiri jalan raya.
Kurang lebih satu kilo dari Stasiun
Ngrombo, jalur kereta bersilangan dengan jalan raya berpindah kesisi sebelah
kanan jalan. Dibeberapa titik bekas jalur masih bisa dijumpai namun mayoritas
bekas jalur kereta sudah tertimbun tanah dan aspal jalan. Disepanjang jalan
menuju alun-alun kota beberapa besi bekas rel kereta tampak beralih fungsi
menjadi tiang listrik.
Kurang lebih jarak dari Stasiun
Ngrombo hingga Alun-Alun Kota Purwodadi sejauh 4 kilometer. Sebelum memasuki
kota, bekas jalur kereta banyak yang telah berubah menjadi trotoar dan taman
kota. Di sepanjang jalur ini juga banyak dijumpai patok milik PT. KAI yang
tertancap. Bahkan saya sempat menemukan bekas papan penanda Semboyan 35 yang
belum tercabut.
Jalur dari
Stasiun Ngrombo – Alun-alun Kota Purwodadi Berpotongan dengan Jalan Raya (Foto
dari Arah Alun-Alun Kota)
Bekas Jalur
Kereta Menjadi Taman Kota (Foto dari Arah Alun-Alun Kota)
Bekas Papan
Semboyan 35
Alun-Alun Kota
Purwodadi
Di Alun-alun Purwodadi terdapat garis yang terbuat
dari semen yang merupakan penanda bekas jalur kereta api dimasa lalu. Disekitar
alun-alun pun juga banyak dijumpai patok milik PT. KAI. Diarea tersebut
merupakan titik pertemuan antara jalur Demak – Blora dengan jalur penghubung
dari Stasiun Ngrombo.
Patok Milik PT.
KAI di Sekitar Alun-Alun (Foto dari Arah Blora)
Dari alun-alun perjalanan saya
lanjutkan menuju Stasiun Purwodadi SJS yang terletak persis didepan Pasar Besar
Purwodadi. Bekas Stasiun Purwodadi kini difungsikan sebagai terminal angkot.
Yang masih tampak dari stasiun tersebut adalah rangka bessinya yang masih
kokoh. Emplasemen stasiun kini digunakan masyarakat sebagai tempat berdagang
dan kios.
Tak jauh area bekas Stasiun
Purwodadi, tepatnya disisi barat terdapat bekas bangunan dipo lokomotif yang
kondisinya sangat mengenaskan. Bangunan dipo tersebut kini digunakan sebagai
tempat penyimpanan barang-barang bekas. Kondisi dipo tersebut memang tak sebaik
dipo Stasiun Blora yang masih utuh dan cukup terawat.
Bekas Stasiun
Purwodadi
Bagian Dalam
Bekas Dipo Lokomotif Stasiun Purwodadi
Bangunan Dipo
Lokomotif Stasiun Purwodadi (Atap Seng)
Beranjak dari
Stasiun Purwodadi, perjalanan saya lanjutkan menuju kearah barat yakni menuju
Godong. Disepanjang jalan menuju Godong, sebenarnya terdapat beberapa halte
pemberhentian kereta, namun semua halte tersebut sudah hilang tak berbekas.
Bekas jalur kereta dari Stasiun
Purwodadi menju Godong hanya menyisakan beberapa bekas rel saja. Hampir semua
bekas besi rel telah hilang dan tertimbun tanah. Hal ini karena hampir sebagian
besar jalur kereta bersisian dengan jalan raya. Setibanya di Stasiun Godong
saya disambut sebuah tiang sinyal masuk stasiun yang masih tertancap rapi didepan
bangunan dealer sepeda motor. tak jauh dari sinyal tersebut saya tiba di
Stasiun Godong.
Stasiun Godong berdiri tak jauh dari
Pasar Godong. Stasiun ini kondisnya lebih rapi jika dibandingkan dengan kondisi
tahun lalu saat pertama kali saya berkunjung. Bangunan asli stasiun yang
terbuat dari kayupun masih Nampak jelas terlihat. Di bagian depan stasiun
digunakan sebagai toko sedangkan halaman belakang stasiun digunakan sebagai
area parker bus.
Tak jauh dari Stasiun Godong atau
tepatnya di depan Pasar Godong, juga bisa dilihat sinyal stasiun lain.
Kondisinya juga masih cukup baik. Disekitar Stasiun Godong masih bisa diamati
beberapa bekas jalur kereta yang menuju ke Demak.
Bekas Jalur Kereta
Menuju Godong (dahulu terdapat wesel dan kemungkinan terdapat halte kereta)
Sinyal Keluar
(Foto dari Arah Stasiun Godong)
Sinyal Keluar
(Foto dari Arah Purwodadi)
Stasiun
Godong
Emplasemen
Stasiun Godong
Jalur Kereta
Menuju Stasiun Godong
Sinyal Masuk
Stasiun Godong
Dengan sampainya saya di Stasiun
Godong, berakhir pula perjalanan redokumentasi saya di petak Purwodadi –
Godong. Semoga diwaktu lain saya bisa berkunjung di jalur-jalur ditempat yang
berbeda yang tak kalah serunya. Semoga.
Artikel terkait:
JALUR KERETA PURWODADI - BLORA
Artikel terkait:
JALUR KERETA PURWODADI - BLORA
PRIMA UTAMA / 2016 / WA: 085725571790 / FB, EMAIL: primautama@ymail.com / INSTA: @primautama
Hehe maaf meluruskan. Yang ada tower airnya itu bukan alun-alun. Namanya simpang lima.kalau alun-alun masih ke utara lagi. Thanks telah mendokumentasikannya. Request donk reaktivasi kedungjati-ambarawa sampai mana :D
BalasHapusHehe maaf meluruskan. Yang ada tower airnya itu bukan alun-alun. Namanya simpang lima.kalau alun-alun masih ke utara lagi. Thanks telah mendokumentasikannya. Request donk reaktivasi kedungjati-ambarawa sampai mana :D
BalasHapusInformasi yg bermanfaat...mt nuwun PRIMA UTAMA..
BalasHapusTerimakasih telah membaca
HapusTerimakasih telah membaca
HapusArtikelnya mestinya dikoreksi dong. Yang ada tower air itu bukan alun2, tapi namanya simpang lima. Saya org pwdd asli nih
BalasHapus