Blusukan
ke “Barat” Magetan (Part 1)
Pagi
itu suasana begitu santai. Tuntutan pekerjaan juga belum terlalu banyak.
Mungkin tepat rasanya kalau pagi itu diisi dengan blusukan sebentar sebelum
berangkat kerja. Kali ini jalur mati antara Bandara Iswahyudi dan Stasiun Barat
menjadi lokasi hunting saya. Maklum selain rutenya yang pendek, lokasinya juga
tidak begitu jauh dari tempat kos saya.
Pagi
itu jalan raya begitu ramai. Lalu lalang kendaraan begitu padat merayap. Sambil
berjalan pelan, motor saya gas menuju Stasiun Barat yang berada di wilayah
Kabupaten Magetan. Tak beda jauh ternyata, jalan menuju lokasi stasiun yang
agak sedikit terpencil ternyata juga ramai oleh lalu lalang kendaraan manusia
menuju tempat kerjanya.
Tibalah
saya di Stasiun Barat Magetan. Stasiun tersebut tampak sepi, berbeda dengan
suasana yang saya jumpai tiga tahun silam. Seingat saya masih ada beberapa
kereta yang berhenti di stasiun ini seperti Sritanjung. Mungkin karena waktu
itu masih pagi, jadi belum tampak aktivitas petugas stasiun dan para penumpang.
Stasiun
Barat bukanlah stasiun yang besar seperti Stasiun Madiun. Stasiun ini hanya
memiliki bangunan yang kecil dengan satu buah gudang disebelah timurnya dan
rumah dinas bagi kepala stasiunnya. Akan tetapi jika kita menengok sejarah
kebelakang, stasiun ini memiliki peran yang penting dimasa lalu. Melalui foto
sejarah yang pernah saya lihat, Stasiun Barat merupakan stasiun yang sibuk pada
masanya. Stasiun ini dulunya juga terhubung dengan jalur pabrik gula diwilayah
Magetan seperti PG Purwodadi dan PG Rejo Sari. Selain itu stasiun ini juga
terhubung langsung dengan Bandara Iswahyudi Magetan untuk keperluan muatan
bahan bakar pesawat.
Jika
kita berjalan kesisi timur Stasiun Barat, kita akan menjumpai beberapa bangunan
mirip peron stasiun yang dulu digunakan untuk menunjang aktivitas di Stasiun
Barat. Pada blusukan saya kali ini saya akan menelusuri jejak jalur kereta yang
menghubungkan Stasiun Barat dengan Landasan Udara (Lanud) Iswahyudi.
Lanud
Iswahyudi dahulu bernama Pangkalan Udara Maospati dan terletak di jalan
Maospati - Madiun. Menurut referensi yang pernah saya baca, pangkalan udara
tersebut dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1939. Pembangunan
pangkalan udara tersebut mungkin dimaksudkan untuk memperkuat kedudukan Belanda
di Indonesia.
Pembangunan
Pangkalan Udara Iswahyudi juga dilengkapi dengan jalur kereta untuk mensuplai
kebutuhan bahan bakar pesawat. Hal ini bukanlah hal yang aneh ditemui pada
bandara-bandara yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sebagai contoh
Bandara Udara Abdul Rahman Shaleh Malang, Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, dan
Bandara Ahmad Yani Semarang yang semuanya terhubung dengan jalur kereta.
Penelusuran
saya kali ini saya awali di Stasiun Barat Maospati. Dari sinilah saya mulai
menelusuri bekas jalur rel yang masih tersisa. Tepat disebelah selatan stasiun,
masih terdapat sisa rel percabangan masuk kedalam kampung mengarah ke
Iswahyudi. Bekas tanda peringatan perlintasan keretapun juga masih tersisa di
emplasemen stasiun.
Bangunan
Stasiun Barat
Emplasemen
Stasiun Barat Terhubung Jalur PG Purwodadi
Sumber:
kitlv.nl
Stasiun
barat Tahun 1928
Sumber:
kitlv.nl
Bekas
Tanda Perlintasan Kereta
Jalur
Percabangan Menuju Iswahyudi
Sambil berjalan pelan, saya mulai
mengikuti arah potongan-potongan besi rel yang mulai masuk ke perkampungan
warga. Blusukan kali ini saya tidak menggunakan peta sebagai panduan, melainkan
hanya menggunakan insting dan pengamatan bekas jalur kereta yang masih tersisa.
Sebagian besar besi-besi rel sudah banyak yang hilang karena bekas jalurnya
kini telah berubah fungsi menjadi jalan kampung. Akan tetapi saya masih bisa
melihat tanda bekas jalur tersebut melalui sudut tikungan jalan.
Tibalah
saya di sebuah saluran irigasi. Disini jalur kereta melintas diatas sebuah
sungai kecil. Besi rel dan besi jembatannya masih tertata apik dan lengkap pada
tempatnya. Dari jembatan tersebut, jalur kereta kembali masuk ke perkampungan
warga.
Bekas
Jalur Kereta Menjadi Jalan kampung
Bekas
Besi Rel yang Masih Tersisa
Jalur
Kereta Melintas Diatas Sungai
Bekas
Besi Rel di Perkampungan Warga
Setelah
memutar dan menyeberangi sungai, tibalah saya diperkampungan warga. Kini bekas
jalur kereta berada tepat dipekarangan rumah warga. Penelusuran saya kali ini
agak sedikit enak karena lokasi bekas jalur kereta agak bersisian dengan jalan
raya.
Posisi
jalur kereta yang berada di pekarangan rumah warga ini hanya sedikit yang
menyisakan bekas besi rel. Hal ini karena beberapa jalur kereta telah berubah
fungsi menjadi jalan setapak dan toko milik warga. Bekas jalur avtur ini memang
bukan asset milik PT. KAI yang biasa dijumpai pada jalur non aktif, melainkan
tanah tak bertuan sehingga bisa dimanfaatkan siapapun. Patok penanda asset pun
juga tidak saya jumpai.
Bekas Jalur Kereta Menjadi Jalan Setapak
Bekas
Besi Rel yang Tersisa
Selain
jalur kereta, sebenarnya dititik ini juga banyak terdapat bekas jalur lori tebu
milik pabrik gula yang berada di wilayah Kabupaten Magetan. Bahkan saya juga
menjumpai titik yang saya perkirakan merupakan lokasi persilangan antara jalur
kereta dengan jalur lori.
Setelah
berada di pekarangan warga, bekas jalur kereta mulai berpindah diarea
persawahan. Dititik ini bekas besi rel kereta sudah tidak saya jumpai. Akan
tetapi bekas jembatan masih tersisa dengan lengkap. Setelah melalui persawahan,
jalur kereta mulai masuk kedalam kampung yang agak jauh dari jalan raya.
Terpaksa saya harus mencari jalan menelusuri bekas jalur kereta tersebut.
Bersambung (Sistem Error)
BAGIAN 2 KLIK DISINI BAGIAN 2
PRIMA UTAMA / 2017 / WA: 085725571790 / MAIL: primautama@ymail.com / IG: @primautama
Bersambung (Sistem Error)
BAGIAN 2 KLIK DISINI BAGIAN 2
PRIMA UTAMA / 2017 / WA: 085725571790 / MAIL: primautama@ymail.com / IG: @primautama
How to use Borgata Hotel Casino & Spa
BalasHapusBorgata Hotel Casino & Spa is the premiere hotel and 울산광역 출장마사지 casino in 거제 출장안마 New Jersey. The casino 공주 출장마사지 offers 전라남도 출장안마 a 100-square-foot casino 동해 출장마사지 and 5,000 slot machines and an