MENCARI
JEJAK STASIUN TERTUA DI INDONESIA
Perjalanan
saya mencari jejak stasiun pertama di Indonesia merupakan serangkaian
perjalanan saya di Semarang dan Kendal. Selepas blusukan di Kendal, beranjak
saya menuju Kota Semarang untuk mencari dimana letak stasiun pertama di
Indonesia. Kurang lebih pukul setengah satu siang saya mulai memasuki wilayah
Kota Semarang. Tujuan saya kali ini adalah menuju kekawasan Pelabuhan Tanjung
Mas Semarang tepatnya di Jalan Ronggowarsito yang menurut referensi yang saya peroleh
disanalah dahulu stasiun pertama di Indonesia pernah berdiri.
Teriknya matahari Semarang tak menghalangi
langkah blusukan saya siang itu. Kurang lebih pukul satu siang saya mulai
memasuki wilayah Tawang. Lima tahun pernah tinggal di Semarang lantas tak
membuat saya hafal seluruh letak jalan yang ada di Kota Atlas. Saya pun harus
berhati-hati dan jeli dalam mencari lokasi Jalan Ronggowarsito tempat perburuan
saya kali ini.
Ternyata
lokasi yang saya cari tak sesulit yang saya bayangkan. Lokasinya searah dengan
jalan menuju Pelabuhan Tanjung Mas. Diarea tersebut saya mulai menemukan jejak
peninggalan kereta api di masa lampau. Jejak pertama yang saya temui adalah
bekas kantor pusat perusahaan kereta api milik SJS (Samarang Joana Stoomtram)
yang bangunannya masih kokoh berdiri dengan kondisi yang sangat mengenasakan.
Bagaimana tidak, kondisi bangunan yang sudah tidak terawat dan terendam oleh
banjir rob membuat bangunan megah peninggalan SJS tersebut tampak merana.
Berjalan
pelan diarea tersebut, saya juga menemukan bangunan bekas dipo atau mungkin
kalau zaman sekarang kita mengenalnya sebagai balai yasa atau bengkel kereta
api milik SJS. Kondisinya pun bahkan lebih memprihatinkan. Pondasi bangunan
sebagian telah terendam air, lokasinya pun juga telah berubah menjadi tempat
penampungan barang rongsokan. Yang lebih miris lagi adalah atap bangunan dipo
tersebut sudah hilang tak bersisa. Sungguh sangat disayangkan.
Sedikit
berbicara mengenai sejarah Samarang Joana Stoomtram (SJS), merupakan salah satu
perusahaan kereta api swasta pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang pernah
beroperasi di Indonesia khususnya disekitar Semarang. Perusahaan SJS mengelola
jalur sepanjang 417 KM yang melintasi beberapa kota diantaranya: Kabupaten
Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Rembang, Kabupaten Jepara,
sebagian Kabupaten Blora, sebagian Kabupaten Grobogan, Sebagian Kabupaten
Bojonegoro, sebagian Kabupaten Tuban, dan tram dalam kota Semarang yang
dibangun pada tahun 1882. Dari banyaknya jalur peninggalan SJS tersebut, tak
satupun jalur yang masih aktif. Tahun terakhir jalur SJS aktif adalah pada
tahun 1987.
Samarang
Joana Stoomtram juga banyak memiliki stasiun besar, diantaranya adalah: Stasiun
Jurnatan Semarang (sebagai stasiun pusat), Stasiun Demak, Stasiun Kudus,
Stasiun Juwana, Stasiun Rembang, Stasiun Purwodadi, Stasiun Blora, dan Stasiun
Lasem. Selain itu SJS juga memiliki beberapa bengkel dan dipo lokomotif
dibeberapa daerah, diantaranya: di Stasiun Demak, Stasiun Kudus, Stasiun Blora,
dan Stasiun Purwodadi.
Bekas Bangunan
Kantor Pusat SJS
Bekas Bangunan
Dipo SJS
Kantor Pusat SJS
Tahun 1927
Sumber: kitlv.nl
Beranjak
meninggalkan komplek bangunan milik SJS, perjalanan saya lanjutkan menuju Jalan
Ronggo Warsito yang tak jauh dari sana. Tujuan saya kali ini adalah mencari
gang Sporland yang menurut catatan di area itulah komplek stasiun Samarang NIS
sebagai stasiun tertua di Indonesia pernah berdiri. Kurang lebih 2 kilometer
saya tiba di gang Sporland yang secara tidak sengaja saya temukan. Posisinya
tepat berada di sebelah kanan jalan. Saya pun mencoba masuk kedalam gang
tersebut yang sudah padat oleh pemukiman penduduk.
Terus merangsek kedalam gang, tak
satupun petunjuk yang berkaitan dengan kereta api saya temukan. Mungkin karena
padatnya bangunan serta banyaknya bangunan baru. Tanpa menyerah sayapun semakin
masuk kedalam gang. Perjalanan saya terhenti di tepian sebuah tambak tepatnya
disebuah lapangan voli milik warga. Sembari menikmati semilir angin dan
menyaksikan banyaknya mancing mania yang sedang mengasah kemampuannya mencari
ikan, tanpa sengaja saya menemukan sebuah bangunan stasiun. Saya yakin bahwa
bangunan yang saya lihat adalah bangunan stasiun karena bangunan tersebut
memiliki arsitektur seperti stasiun Godong di Grobogan yang pernah saya datangi
sebelumnya.
Karena rasa penasaran saya semakin
besar, sayapun mencoba mendekat ke bangunan yang hampir tenggelam tersebut.
Benar saja dugaan saya, bangunan tersebut adalah bangunan Stasiun Semarang
Gudang. Ornamen khas stasiun seperti papan identitas stasiun, papan ruang
kepala stasiun, dan lain sebagainya masih bisa saya jumpai disana. Kondisinya
sangat mengenaskan memang. Tak ada bekas rel yang masih terlihat, semuanya
sudah tenggelam oleh banjir rob.
Meskipun bukan stasiun tertua di Indonesia,
Stasiun Semarang Gudang juga menyandang sebagai salah satu stasiun tertua yang
ada di Indonesia. Menengok sejarah stasiun pertama di Indonesia tidak bisa
lepas dari pembangunan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dilakukan
pada tanggal 16 Juni 1864 dengan pembangunan rute pertama sepanjang 25
kilometer dari Semarang menuju Tanggung melalui Halte Alastua.
Masih menjadi pertanyaan bagi banyak
orang memang mengenai stasiun apa yang menyandang predikat sebagai stasiun
tertua di Indonesia. Ada referensi yang menyatakan bahwa stasiun tertua di
Indonesia adalah Stasiun Tambaksari yang identifikasinya menuju pada Stasiun
Samarang NIS. Namun, ada sumber lain yang menyebutkan bahwa stasiun pertama
adalah Stasiun Kemijen yang terletak di dekat persilangan jalur rel milik NIS
dan SJS, oleh karena itu Stasiun Kemijen sering disamakan dengan Stasiun
Semarang Gudang. Entah stasiun mana yang menyandang sebagai stasiun tertua tapi
pada dasarnya semua stasiun tersebut terletak di suatu kawasan yang sama yakni
Kemijen Semarang.
Gang Sporland
Menuju Stasiun Semarang Gudang
Meninggalkan lokasi Stasiun
Semarang Gudang perjalanan saya lanjutkan mencari jejak jalur kereta yang
mungkin masih bisa saya temui. Secara tidak sengaja, saya menemukan sebuah
bekas jalur kereta api yang melintang memotong jalan raya dari arah Tawang
menuju Stasiun Semarang Gudang. Sembari mengamati lebih lanjut, saya juga
berhasil menemukan sebuah papan dengan ukuran yang lumayan besar yang saya
perkirakan sebagai papan identitas stasiun. Di papan tersebut masih jelas
tertulis nama Stasiun Semarang Gudang. Mungkin bekas jalur tersebut adalah
bekas jalur kereta dari Stasiun Tawang menuju Stasiun Semarang Gudang. Menurut
sebuah artikel yang pernah saya baca, Stasiun Semarang Gudang ditutup karena
banjir rob yang sering melanda kawasan tersebut, sehingga pemerintah menggeser
jalur kereta kesebelah selatan yang jauh dari ancaman rob.
Bekas Bangunan Stasiun Semarang Gudang
Stasiun Samarang
NIS Tahun 1905
Sumber: kitlv.nl
Bekas Rel dari Stasiun
Tawang Menuju Stasiun Semarang Gudang
Bekas Papan
Identitas Stasiun Samarang Gudang
Perjalanan
saya mencari jejak stasiun tertua di Indonesia berakhir. Meskipun saya tidak
berhasil menemukan bekas bangunan Stasiun Samarang NIS yang menurut beberapa
artikel masih ada bagian bangunan yang tersisa dan berubah fungsi menjadi rumah
warga, namun setidaknya saya masih bisa menyaksikan sendiri lokasi bersejarah
dalam dunia perkeretaapian di Indonesia meskipun dalam kondisi yang
mengenaskan. Sangat disayangkan memang, jika bangunan-bangunan bersejarah yang
tak ternilai tersebut yang ikut andil dalam sejarah panjang bangsa ini harus
merana tak terawat. Ini adalah PR besar bagi pemerintah terkait agar lebih bisa
merawat dan melestarikan peninggalan sejarah dimasa lalu. Satu hal yang perlu
diingat, “Kita tidak membuat, tapi kita mewarisi”. Kalau merawat saja tidak
bisa, jangan berharap untuk bisa membuat.
Waktu
terus berjalan, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Sayapun
segera berbegas untuk melanjutkan perjalanan menuju lokasi blusukan saya yang
terakhir yaitu Stasiun Ambarawa. Tujuan saya ke Ambarawa adalah untuk melihat
proses reaktivasi stasiun Ambarawa yang akan dijadikan stasiun penumpang secara
regular serta menengok proses renovasi Museum Ambarawa yang konon katanya akan
dijadikan museum kereta api terbesar di Asia Tenggara. Perjalanan saya ke
Ambarawa akan saya ulas dalam tulisan saya dengan judul yang berbeda.
______________________
Developed by: blusukanpabrikgula.blogspot.com
______________________
PRIMA UTAMA / 2015 / WA: 085725571790 / MAIL, FB: primautama@ymail.com / INSTA: @primautama
Keren banget, bisa blusukan...
BalasHapusSya pecinta heritage arsitektur Belanda...
Pak prima ini luar biasa, klo ada acara blusukan lagi, saya mau ikutan Pak.
Terima kasih atas apresiasi nya dan telah membaca artikel saya
HapusMenurut para orang tua di Semarang, setasiun terbesar dan tertua ada di Jl. Pattimura d/h Jl. Jurnatan. Dahulu campur setasiun KApenumpang dan emplasemen KA barang (cargo). Dunia sarana terminal transportasi modern saat ini sudah memisahkan terminal penumpang(Passengers) dan cargo baik udara, pelabuhan maupun KA. Tetapi arsitektur kota tua (heritage) dimana pun akan mempertahankan sarana2 klasik baik bangunan setasiun maupun fasilitas2 KA, termasuk jembatan, sistem wessel dan sinyal maupun rumah jaga pintu Simpang jalur rel dan jalan raya.
BalasHapus1.Stasiun Samarang NIS berada di kampung warga daerah situ, susah sekali untuk mencari stasiun tersebut karena masuk perkampungan dan barang buktinya hanyalah penyangga atap, lubang ventilasi lingkaran dari batu bata hitam
BalasHapus2.Kok saya ngirim wa ke tempat mas gak kekirim kenapa y?
Kalo tidak Salah om maybi prabowo Sudah menemukan stasiun tersebut Kan?
BalasHapus