RAIL
BUS BATARA KRESNA: “SPIRIT OF
SOLO
– WONOGIRI”
Setelah beberapa kali tertunda,
akhirnya Rail Bus Batara Kresna secara resmi diluncurkan oleh pemerintah.
Informasi ini saya peroleh secara tidak sengaja melalui radio yang mengumumkan
bahwa rail bus akan diluncurkan pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2015 oleh PT.
KAI dan Pemerintah Kota Surakarta yang akan diresmikan oleh Menteri
Perhubungan. Tentu informasi ini merupakan kabar gembira bagi saya, bukan
karena keretanya atau adanya moda transportasi baru di Kota Solo, akan tetapi
saya lebih senang karena jalur Solo - Wonogiri yang sempat mati kurang lebih
selama empat tahun akhirnya bisa
berfungsi lagi. Sayang memang jika jalur yang dibangun pada tahun 1922
sepanjang 37 kilometer itu bila harus mangkrak tak berfungsi.
Rabu tanggal 11 Maret 2015, saya
mencoba meluangkan waktu untuk melihat acara peluncuran rail bus di Stasiun
Solo Kota (Sangkrah), karena menurut informasi yang saya peroleh Menteri
Perhubungan beserta rombongan dari PT. KAI dan Pemkot Solo akan melakukan
perjalanan menggunakan rail bus dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Solo
Kota. Kurang lebih pukul setengah sembilan pagi saya tiba di Stasiun Solo Kota
atau yang akrab disebut Stasiun Sangkrah tersebut. Saya terkejut, ternyata
banyak sekali masyarakat yang menungu kedatangan rombongan Menteri dengan
menggunakan rail bus. Meskipun di dominasi oleh warga sekitar, tetapi saya juga
menjumpai beberapa wartawan dan beberapa komunitas seperti RF (Rail Fans), Komunitas Ora Edan Sepur,
Komunitas Edan Sepur, dan lainnya.
Kurang lebih pukul sembilan pagi,
dari arah utara Rail Bus Batara Kresna mulai terlihat. Suasana Stasiun Sangkrah
menjadi riuh dengan antusias warga yang sejak pagi sudah menunggu kedatangan
rail bus beserta rombongan. Sangat berbeda memang suasana stasiun kala itu yang
biasanya sepi tak berpenghuni. Akhirnya Rail Bus Batara Kresna, salah satu moda
transportasi kebanggaan Kota Solo berlabuh di Stasiun Solo Kota. Warga mulai
berjubel mendekati kereta untuk berfoto dan bertemu dengan Menteri Perhubungan
dan Walikota Solo.
Di Stasiun Solo Kota, Menteri
Perhubungan beserta rombongan meninjau kelengkapan stasiun dan peralatan
pendukung perjalanan kereta api. Sebenarnya waktu itu saya ingin naik rail bus
yang akan melanjutkan perjalanan ke Wonogiri, akan tetapi perjalanan waktu itu
hanya dikhususkan untuk para tamu undangan saja. Apalah daya saya yang bukan
siapa-siapa, niat itupun terpaksa saya urungkan.
Mengusir rasa kecewa saya yang gagal
naik rail bus, sayapun berjalan menengok isi Stasiun Sangkrah. Tampak berbeda
memang kondisi stasiun saat itu. Kondisinya sangat bersih, ruang tunggu
penumpang sudah tertata rapi, loket penjualan karcispun sudah diisi oleh
pelayan penjual tiket yang cantik-cantik. Ikut nimbrung bersama masyarakat di
depan loket karcis, sayapun mendapatkan informasi yang sangat menggembirakan,
yaitu dalam rangka promosi selama dua hari kedepan tiket rail bus akan
digratiskan. Sebagai masyarakat penggemar gratisan sayapun sangat antusias
mendengar kabar ini. Saya berencana akan mencoba rail bus secara cuma-cuma esok
hari.
Rail Bus
Memasuki Jalan Slamet Riyadi Solo
Rail Bus Tiba di Stasiun Solo Kota
Rombongan Turun dari
Rail Bus
Rail Bus
Melanjutkan Perjalanan Menuju Wonogiri
Ruang Tunggu
Stasiun Solo Kota
Antusias Warga Menanyakan Jadwal
Operasional Rail Bus
Berlanjut
di hari berikutnya, tepatnya pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2015 saya berniat
mencoba Rail Bus Batara Kresna secara gratis di Stasiun Purwosari. Berangkat
dari kos kurang lebih pukul lima pagi, saya memilih perjalanan jam pertama
dengan asumsi setibanya di Wonogiri nanti saya bisa langsung membeli tiket
pulang ke Solo karena perjalanan rail bus dalam sehari hanya melayani dua kali
perjalanan. Kurang lebih pukul setengah enam pagi saya tiba di Stasiun
Purwosari. Saya langsung menuju loket penjualan tiket untuk mendapatkan tiket
secara cuma-cuma. Benar saja, saya tidak dipungut uang sepeserpun, bahkan di
tiket tertulis harga IDR 0,-.
Di Stasiun Purwosari ternyata tidak
hanya saya saja yang memanfaatkan momen gratisan ini, saya melihat beberapa
masyarakat dan beberapa kakek nenek beserta cucu-cucunya ikut mencoba moda
transportasi baru Kota Solo ini. Selepas mendapatkan tiket, saya langsung masuk
ke dalam kabin rail bus. Ini pertama kali bagi saya naik railbus. Sangat nyaman
sekali berada di kabin rail bus. Udara yang dingin, kursi yang tertata rapi dan
empuk, handle untuk penumpang berdiri
yang tertata rapi, lantai yang bersih membuat penumpang betah dan nyaman berada
didalam. Bahkan didalam kabinpun ada papan elektronik yang menginformasikan stasiun
pemberhentian dan kecepatan rail bus.
Penumpang
Menunggu Keberangkatan Perdana Rail Bus
Tiket Komersil
Perdana Rail Bus
Interior Rail
Bus
Peta Perjalanan
Rail Bus
Tepat
pukul enam pagi rail bus mulai berjalan perlahan meninggalkan Stasiun
Purwosari. Wajah para penumpang tampak gembira tak sabar ingin menikmati
perjalanan ke Wonogiri selama kurang lebih dua jam kedepan. Beberapa saat rail
bus mulai membelah Kota Solo tepatnya di Jalan Slamet Riyadi. Perlu diketahui
Solo adalah satu-satunya kota di Indonesia yang masih memiliki jalur kereta api
aktif yang berdampingan dengan jalan raya.
Saat
melintas di Jalan Slamet Riyadi, banyak masyarakat yang kagum dengan kehadiran
rail bus, mungkin mereka tidak mengira bahwa perjalanan pagi itu adalah
perjalanan komersil perdana Rail Bus Batara Kresna. Banyak masyarakat yang
mengabadikan momen tersebut melalui kamera ponsel mereka, bahkan ada juga yang
melambaikan tangan mereka. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Barisan
gedung-gedung disepanjang Slamet Riyadi pun tampak indah disaksikan dari dalam
rail bus.
Rail Bus
Berhenti di Stasiun Solo Kota
Selama
melintasi Jalan Slamet Riyadi, kecepatan rail bus dibatasi yakni berkisar 15-20
kilometer perjam. Hal ini dikarenakan banyaknya traffic light dan ramainya kendaraan yang melintas di Slamet
Riyadi. Tak henti-hentinya masinis juga rutin membunyikan klakson sebagai
peringatan bagi masyarakat. Tak terasa perjalanan saya menggunakan rail bus
tiba di Stasiun Solo Kota. Disana ternyata
sudah banyak para penumpang yang juga ingin ikut menjajal rail bus.
Dari
stasiun Solo Kota, perjalanan dilanjutkan menuju Stasiun Sukoharjo. Selama
perjalanan menuju Sukoharjo ada hal menarik yang saya temui, yaitu posisi rel
yang sudah mepet dengan pemukiman warga. Hal tersebut mungkin karena jalur ini
sudah lama tidak terpakai sehingga masyarakat mendirikan bangunan terlalu dekat
dengan jalur kereta. Tentu saja hal ini sangat membahayakan, baik bagi masyarakat
maupun bagi perjalanan kereta api. Selain itu disepanjang jalur menuju
Sukoharjo banyak sekali perlintasan yang tidak dijaga oleh petugas. Hal ini lah
yang memaksa rail bus untuk berjalan perlahan. Kecepatan rail bus saat itu
hanya berkisar 20-30 kilometer perjam.
Rail Bus
Berhenti di Sukoharjo
Sambil
menikmati pemandangan dari jendela, beberapa kali saya melihat masyarakat
dengan usia yang bisa dikatakan sudah tua sangat hening menyaksikan perjalanan
kami menggunakan rail bus. Tak jarang mereka juga melambaikan tangan kepada
kami. Saya hanya berasumsi, mungkin mereka teringat akan kenangan puluhan tahun
lalu saat “sepur klutuk” yang
melayani perjalanan dari Solo hingga Baturetno masih aktif meramaikan jalur
ini.
Tak terasa perjalanan kami sudah tiba
di Sukoharjo. Posisi rel hampir berdekatan dengan jalan utama di Sukoharjo.
Setiba di Stasiun banyak masyarakat yang menyambut kedatangan kami. Sangat riuh
suasana stasiun kala itu.
Berlanjut
meninggalkan Stasiun Sukoharjo, perjalanan kami lanjutkan menuju Stasiun Pasar
Nguter yang masih terletak di Kabupaten Sukoharjo. Sebenarnya ada beberapa
halte pemberhentian kereta yang kami lewati sepanjang perjalanan ini,
diantaranya adalah: Halte Kronelan, Halte Kalisamin, Halte Kepuh, dan Halte
Tekaran. Akan tetapi semua halte tersebut sekarang sudah tidak digunakan dan
kita masih bisa menyaksikan sisa-sisa bangunannya yang berdiri disamping jalur
kereta menuju Wonogiri. Tak terasa perjalanan kamipun tiba di Stasiun Pasar
Nguter.
Kepala Stasiun
Pasar Nguter Melepas Perjalanan Rail Bus
Selepas
dari Stasiun Pasar Nguter, perjalanan kami lanjutkan menuju stasiun terakhir
yaitu Stasiun Wonogiri. Memasuki wilayah Wonogiri kami disambut dengan
pemandangan bukit-bukit yang berjajar berwarna hijau. Sangat indah sekali
pemandangannya. Hamparan hutan yang luaspun juga menyambut kedatangan kami.
Sejenak saya teringat dengan jalur kereta non aktif Ponorogo - Slahung yang
sempat saya datangi beberapa waktu lalu. Mungkin jika jalur tersebut masih
aktif, keindahannya akan seperti jalur ini. Akan tetapi sayang jalur tersebut
sudah mangkrak puluhan tahun silam. Akhirnya perjalanan saya tiba juga di
Stasiun Wonogiri. Sayapun bersiap-siap turun untuk membeli tiket pulang kembali
ke Solo.
Sesampainya
di Stasiun Wonogiri saya sangat terkejut, ternyata dari Stasiun Wonogiri sudah
banyak sekali penumpang yang hendak menjajal rail bus. Yang membuat saya
semakin terkejut adalah ternyata tiket rail bus menuju ke Solo untuk perjalanan
jam delapan sudah sold out alias
habis terjual. Hal ini tentu diluar dugaan saya. Terpaksa saya harus menunggu
keberangkatan rail bus kedua yakni pada jam dua belas siang. Itu artinya saya
harus menunggu selama empat jam di Stasiun Wonogiri. Sungguh diluar rencana
saya.
Pemandangan di
Wonogiri dari Atas Rail Bus
Rail Bus Tiba di Stasiun Wonogiri
Rail Bus Bersiap
Melanjutkan Perjalanan Menuju Solo
Sambil
menunggu penjualan tiket perjalanan kedua yang rencananya akan dilayani pada
pukul sembilan pagi, saya menyempatkan diri untuk mencari sarapan disekitar
stasiun. Selesai sarapan saya mencoba menyusuri rel di sekitar area stasiun.
Saya kembali teringat akan blusukan saya di stasiun ini tahun lalu saat
menelusuri jalur menuju Baturetno. Sebenarnya sangat sayang jika jalur menuju
Baturetno harus dimatikan, karena disepanjang jalur tersebut memiliki panorama
yang sangat indah dan memiliki potensi ekonomi dan wisata.
Pukul
Sembilan saya mulai mengantri di loket untuk mendapatkan tiket pulang ke Solo.
Ternyata membeli tiket rail bus di Stasiun
Wonogiri tidak semudah yang saya alami ketika membeli tiket di Stasiun
Purwosari tadi pagi. Sejatinya penjualan tiket bisa dilayani minimal tiga jam
sebelum keberangkatan, akan tetapi pada kenyataannya pembelian tiket baru bisa
dilayani pada pukul 09.45, itu artinya saya harus berdiri mengantri selama 45
menit demi selembar tiket pulang. Sungguh sebuah perjuangan yang berat bagi
kaum gratisan seperti saya. Saya kurang tahu kenapa pelayanan penjualan tiket
terlambat selama 45 menit, apakah karena ganguan sistem atau karena human error saya kurang tahu jelas
karena petugas loketpun tidak memberitahukannya kepada para calon penumpang.
Penderitaan
kami sebagai “penumpang gratisan” semakin bertambah tatkala tempat penjualan
tiket di Stasiun Wonogiri tidak senyaman di stasiun-stasiun yang lain. Posisi
loket berada di bagian depan stasiun yang juga tepat berada dipinggir jalan.
Ditambah lagi cuaca yang sangat terik kala itu membuat kami harus rela bermandikan
keringat. Yang lebih parah lagi kami para pengantri tiket menjadi tontonan
warga sekitar yang kebetulan lewat didepan stasiun. Antrian yang panjang dan
berjubel merupakan pemandangan yang tidak biasa bagi masyarakat sekitar.
Mungkin karena stasiun ini sudah lama mati sehingga jarang pemandangan seperti
itu ditemui.
Akhirnya
perjuangan saya berakhir tatkala tiket pulang sudah berada dalam genggaman.
Lega rasanya bisa kebagian tiket pulang, karena banyak rekan-rekan saya yang
dari Solo tidak kebagian tiket pulang yang memaksa mereka untuk pulang
menggunakan bus. Saya banyak menemukan kejanggalan saat mengantri tiket di
stasiun ini. Kebetulan saat itu ada tiga turis asing yang juga mengantri tiket
kembali ke Solo, akan tetapi tanpa melalui proses antri yang lama mereka bisa
memperoleh tiket lebih dulu. Tentu ini sangat tidak adil bagi kami yang
mengantri lama dan melelahkan.
Kejengkelan
saya semakin bertambah, tatkala ada seorang laki-laki paruh baya dengan
mengenakan seragam Dishub masuk ke bagian dalam penjualan tiket dan saat beliau
keluar saya melihat beberapa lembar tiket sudah berada dalam genggamannya.
Apakah ini yang namanya pelayanan professional?, tanya saya dalam hati. Mungkin
oknum-oknum seerti itulah yang membuat negara dan perkeretaapian kita tidak
berkembang dan kalah jauh dari negara-negara lain. Sungguh sangat ironis,
mengingat kita adalah negara ke dua di Asia yang memiliki kereta api. Hal ini
cukup menjadi pelajaran penting bagi saya.
Antrian Calon Penumpang
di Stasiun Wonogiri
Kurang
lebih pukul dua belas siang akhirnya rail bus yang akan mengantar saya pulang
kembali ke Solo tiba di Stasiun Wonogiri. Semakin siang suasana Stasiun
Wonogiri semakin bertambah padat dengan banyaknya masyarakat yang ingin
menyaksikan kedatangan rail bus. Tepat lima belas menit dari pukul dua belas,
rail bus berjalan meninggalkan Wonogiri. Akhirnya saya bisa beristirahat
kembali di dalam rail bus. Kurang lebih pukul dua siang saya tiba di Stasiun
Purwosari dan ini lah perjalanan saya mencoba rail Bus Batara Kresna. Saya
berharap di lain hari memiliki kesempatan untuk mencoba rail bus kembali dengan
pelayanan yang lebih baik tentunya.
Kepala Stasiun
Wonogiri Menyambut Kedatangan Rail Bus
Rail Bus Siap
Berangkat Menuju Solo
Saat Rail Bus
Berdampingan dengan Jaladara
__________________
Artikel ini dikembangkan oleh: blusukanpabrikgula.blogspot.com
__________________
PRIMA UTAMA / 2015 / WA: 085725571790 / MAIL, FB: primautama@ymail.com / INSTA: @primautama
Wah sangat lengkap ulasannya..
BalasHapuskebetulan lagi pengen naik, terima kasih
Salam
Bunda Umar
Sama2. Tapi sekarang jadwal keberangkatan sdh berubah. Bisa cek di stasiun terkait
Hapus