Sabtu, 02 September 2017

JALUR MADIUN-PONOROGO BAGIAN 1



JALUR MATI MADIUN – PONOROGO YANG MERANA

            Jalan-jalan ke Kota Madiun tidaklah afdol kalau tidak blusukan jalur mati di Kota Gadis ini. Madiun memang salah satu wilayah di Propinsi  Jawa Timur yang memiliki jejak sejarah perkeretaapian di Indonesia. Disini pula pabrik kereta api di Indonesia yakni PT. INKA berdiri.
            Selain terhubung dengan jalur kereta api utama lintas Yogyakarta – Surabaya, Madiun tercatat juga pernah memiliki jalur percabangan kereta api kearah Slahung Ponorogo. Jalur percabangan sepanjang 58 kilometer tersebut dahulu dibangun oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda Staat Spoorwegen (SS) yang mulai dibangun pada tahun 1907. Fungsi utama pembangunan jalur tersebut adalah untuk memudahkan sarana distribusi barang serta angkutan penumpang. Disepanjang jalur ini juga terdapat dua pabrik gula yakni PG Kanigoro dan PG Pagotan yang pada zaman dahulu menggunakan kereta api sebagai sarana angkutan hasil industrinya.
            Jalur Madiun – Ponorogo sendiri sebenarnya juga memiliki percabangan menuju Halte Badegan yang memiliki panjang kurang lebih 20 kilometer.  Dari ujung Halte Badegan, jalur kemudian bercabang lagi menuju Kecamatan Sampung. Akan tetapi jalur yang menuju Sampung ini hanya dikhususkan untuk mengangkut batu gamping saja. Jalur percabangan dari Ponorogo menuju Badegan sendiri sudah dicabut oleh tentara Jepang saat menduduki Indonesia pada tahun 1942. Sedangkan untuk jalur yang menuju Sampung sudah dinonaktifkan lebih awal sebelum Jepang datang ke Indonesia.
            Sebenarnya saat pembangunan jalur menuju Badegan ini, Belanda telah merencanakan untuk menghubungkannya dengan jalur cabang dilintas Solo – Baturetno untuk memperkuat jaringan kereta dijalur selatan. Akan tetapi akibat krisis ekonomi dunia pada tahun 1930-an rencana tersebut urung direalisasikan hingga Jepang datang menjajah Indonesia.
            Disepanjang jalur dari Madiun hingga Slahung Ponorogo tercatat pernah terdapat 28 pemberhentian kereta yang terdiri dari stasiun, halte maupun stopplast. Beberapa pemberhentian tersebut  diantaranya adalah: Madiun, Madiun Pasar, Pasar Besar, Sleko, Kanigoro, Kepuh, Pagotan, Uteran, Sambur, Dolopo, Umbul, Milir, Kanten, Polorejo, Ponorogo, Surodikraman, Siman, Brahu, Grageh, Demangan, Grogol, Jetis, Ngasinan, Balong, Nailan, Banggel, Broto, dan Slahung. Dari semua pemberhentian tersebut hanya beberapa saja yang masih tersisa, diantaranya adalah: Halte Kanigoro, Halte Pagotan, Stasiun Ponorogo (hanya menyisakan rumah dinas), Halte Jetis, Halte Balong, dan Halte Slahung.
            Seiring dengan berjalannya waktu, kereta api lambat laun mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Sarana kereta api yang sudah uzur serta posisi jalur kereta yang bersisian dengan jalan raya membuat kereta api tidak bisa melaju dengan cepat. Apalagi pada dekade 1970-an moda transportasi berbasis jalan raya mulai berkembang pesat. Akhirnya pada tahun 1984 jalur percabangan dari Madiun hingga Slahung Ponorogo resmi ditutup karena menurunnya jumlah penumpang dan dinilai tidak menguntungkan.  



Blusukan saya kali ini saya mulai dari Stasiun Besar Madiun. Dari sinilah percabangan jalur kereta menuju Slahung Ponorogo dimulai. Sebenarnya dari Stasiun Besar Madiun terdapat dua percabangan jalur kereta, yakni menuju Ponorogo dan menuju Pabrik Gula Rejo Agung. Percabangan jalur yang menuju PG Rejo Agung ini hingga kini masih aktif digunakan akan tetapi hanya sampai ke depo milik Pertamina saja.

Peta Percabangan Jalur Kereta dari Stasiun Besar Madiun
Menuju SF Rejo Agung dan Ponorogo
Sumber: kitlv.nl



Bekas Jalur Kereta Menuju PG Rejo Agung



Jalur Kereta Menuju Depo Pertamina


Pabrik Gula Rejo Agung Madiun


Aktifitas Kereta di Pabrik Gula Rejo Agung Madiun
Sumber: Mike Morant


B5001 di Stasiun Madiun
Sumber: Foto Rob Dickinson

Percabangan Jalur Kereta Menuju Ponorogo dari Stasiun Madiun

            Percabangan menuju Ponorogo berada disebelah timur Stasiun Madiun atau tepatnya di Jalan Kemuning Kelurahan Oro-oro Ombo. Dilokasi tersebut bekas jalur kereta menikung tajam menuju Pasar Besar Madiun. Jejak rel disini sulit untuk ditemukan karena sebagian besar jalur kereta telah berubah menjadi perumahan penduduk. Akan tetapi dibeberapa titik kita masih bisa menemukan bekas besi rel kereta yang tertutup perumahan warga.
            Perjalanan saya lanjutkan menuju Pasar Besar Madiun. Dahulu rel melintas tepat didepan Pasar Besar. Disini dahulu juga terdapat pemberhentian kereta untuk mengakut para pedagang dari dan menuju Ponorogo. Dari Pasar Besar jalur kereta menuju kebarat kemudian berbelok menuju Pasar Sleko. Disepanjang jalan menuju Pasar Sleko bekas jalur kereta api sudah tidak bisa ditemukan lagi. Hal ini karena posisi jalur kereta yang telah berubah menjadi jalan raya. 
Disebelah barat Pasar Sleko, dahulu terdapat sebuah halte pemberhentian kereta bernama Halte Sleko. Halte ini dahulu diramaikan oleh pedagang pasar yang hendak melakukan transaksi jual beli di Pasar Sleko. Akan tetapi sayang, bangunan Halte Sleko telah lama dirubuhkan dan kini telah berganti menjadi deretan bangunan baru.


Bekas Jalur Kereta di Kelurahan Oro-oro Ombo

Pasar Besar Madiun Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl


Kereta Melintas di Pasar Besar Madiun
Sumber: Foto Rob Dickinson
 

Aktivitas Kereta Didalam Kota Madiun
Sumber: Rob Dickinson

Kereta Berhenti di Stasiun Sleko Madiun
Sumber: Haven_Madioen

            Meninggalkan Pasar Sleko perjalanan saya lanjutkan kembali menuju Kanigoro. Dari Pasar Sleko bekas jalur kereta telah berubah menjadi trotoar jalan. Sulit sekali menemukan bekas jalur kereta di area ini, akan tetapi diarea ini terdapat patok milik PT. KAI sebagai penanda bekas jalur kereta. Disebuah pertigaan jalan, jalur kereta berbelok kekiri masuk kedalam sebuah perkampungan mengarah menuju Pabrik Gula Kanigoro. Disini saya sempat menemukan bekas besi rel kereta yang berbelok menuju Kanigoro. Sementara bekas rel kereta yang lain telah hilang tertimbun tanah.

Bekas Jalur Kereta Menuju Kanigoro



Rel dari Sleko Menuju Pabrik Gula Kanigoro

            Tak terasa sampai juga perjalanan saya di PG Kanigoro. Dibelakang pabrik gula ini terdapat sebuah halte pemberhentian kereta api bernama Halte Kanigoro. Bangunan halte sendiri masih bisa dikatakan terawat dengan warna-warni yang mencolok. Dahulu dari halte ini terdapat percabangan jalur kereta menuju kedalam pabrik untuk mengakut hasil industri dari PG Kanigoro. Namun sayang bekas jalur percabangan tersebut sudah lenyap tak tersisa. Bahkan bekas besi rel disekitar haltepun tak bersisa sama sekali. Hal ini dikarenakan bekas jalur kereta menuju Halte Kanigoro telah dialihfungsikan sebagai jalan kampung. Disebelah utara halte ini juga terdapat rumah dinas pegawai stasiun. Kini Halte Kanigoro dimanfaatkan warga sebagai gudang.

Lokasi Halte Kanigoro
Sumber: kitlv.nl



Jalur Kereta Menuju PG Kanigoro 


Bekas Sinyal Tebeng 
 

Bekas Jalur Lori PG Kanigoro Bersisian dengan Jalur Kereta


Bekas Jalur Kereta Menuju Halte Kanigoro Berubah Menjadi Jalan Raya

Bekas Jalur Lori PG Kanigoro Bersisian dengan Jalur Kereta


Bekas Jalur Kereta Menuju Halte Kanigoro

Bangunan Halte Kanigoro

Kamar Mandi Halte Kanigoro


Tempat Penjualan Tiket Halte Kanigoro

Rumah Dinas Pegawai Halte Kanigoro






Pabrik Gula Kanigoro


Bekas Jalur Kereta dari Halte Kanigoro Menuju Ponorogo

            Sedikit menyinggung mengenai Pabrik Gula Kanigoro. Pabrik yang didirikan pada tahun 1894 ini merupakan salah satu pabrik gula yang berdiri diwilayah Madiun. Pabrik ini didirikan oleh Cultuur Handel & Industry Bank NV. Setelah lebih dari satu abad berdiri, pabrik ini direncanakan oleh pemerintah untuk ditutup karena alasan selalu merugi. Saat saya berkunjung ke PG Kanigoro tak ada aktivitas giling sama sekali layaknya pabrik gula yang lain. Bahkan perumahan-perumahan karyawanpun sudah banyak yang kosong tak terawat. Bangunan utama PG Kanigoro memang jauh dari kesan modern. Tak ada upaya perbaikan dari manajemen guna meningkatkan produktifitas dan efisiensi pabrik. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa pabrik gula ini selalu merugi saat masih beroperasi.  



Kereta Tebu Milik PG Kanigoro
Sumber: Foto Rob Dickinson




Bekas Jalur Lori PG Kanigoro Melintas Diatas Sungai Madiun

            Meninggalkan Halte Kanigoro perjalanan saya lanjutkan menuju Pagotan. Disini bekas jalur kereta telah berubah menjadi jalan kampung yang berada ditengah persawahan. Kondisinya sendiri memang sudah sulit untuk dikenali. Di dalam pemukiman warga saya juga sempat menemukan sebuah pondasi jembatan kereta api yang telah tertutup semak belukar. Setelah melalui persawahan dan kebun tebu, jalur kereta kemudian berada disamping jalan Madiun – Ponorogo hingga Pabrik Gula Pagotan. Bekas besi rel disepanjang jalan masih banyak yang bisa dijumpai, bahkan bisa dikatakan masih utuh.

            Sebelum memasuki PG Pagotan, bekas jalur kereta masuk kejalan kampung yang kini dinamai Jalan Stasiun. Dari jalan tersebut kemudian tembus hingga Halte Pagotan. Tak beda jauh dengan Halte Kanigoro, Halte Pagotan lokasinya berada disekitar Pabrik Gula Pagotan. Dahulu juga terdapat jalur percabangan menuju ke dalam pabrik sebagai jalur distribusi. Sebenarnya bangunan Halte Pagotan masih bisa dikatakan utuh, akan tetapi karena minimnya perawatan membuat bangunan halte tersebut terkesan kumuh. Halte ini juga dilengkapi dengan rumah dinas untuk para pegawainya yang kini masih terawat dengan baik.



Lokasi Halte Pagotan
Sumber: kitlv.nl

---------------
BERSAMBUNG (SYSTEM ERROR)
----------------

BAGIAN 2:JALUR KERETA MADIUN - PONOROGO BAGIAN 2
BAGIAN 3: JALUR KERETA MADIUN - PONOROGO BAGIAN 3

PENELUSURAN TAHUN 2015: JALUR KERETA MADIUN - PONOROGO

PRIMA UTAMA / 2017 / WA: 085725571790 / primautama@ymail.com / INSTA: @primautama











            











Tidak ada komentar:

Posting Komentar