JALUR
MATI MADIUN – PONOROGO YANG MERANA
Jalan-jalan ke Kota Madiun tidaklah
afdol kalau tidak blusukan jalur mati di Kota Gadis ini. Madiun memang salah
satu wilayah di Propinsi Jawa Timur yang
memiliki jejak sejarah perkeretaapian di Indonesia. Disini pula pabrik kereta
api di Indonesia yakni PT. INKA berdiri.
Selain terhubung dengan jalur kereta
api utama lintas Yogyakarta – Surabaya, Madiun tercatat juga pernah memiliki
jalur percabangan kereta api kearah Slahung Ponorogo. Jalur percabangan
sepanjang 58 kilometer tersebut dahulu dibangun oleh perusahaan kereta api
milik pemerintah Hindia Belanda Staat Spoorwegen (SS) yang mulai dibangun pada
tahun 1907. Fungsi utama pembangunan jalur tersebut adalah untuk memudahkan
sarana distribusi barang serta angkutan penumpang. Disepanjang jalur ini juga
terdapat dua pabrik gula yakni PG Kanigoro dan PG Pagotan yang pada zaman
dahulu menggunakan kereta api sebagai sarana angkutan hasil industrinya.
Jalur Madiun – Ponorogo sendiri
sebenarnya juga memiliki percabangan menuju Halte Badegan yang memiliki panjang
kurang lebih 20 kilometer. Dari ujung Halte
Badegan, jalur kemudian bercabang lagi menuju Kecamatan Sampung. Akan tetapi
jalur yang menuju Sampung ini hanya dikhususkan untuk mengangkut batu gamping
saja. Jalur percabangan dari Ponorogo menuju Badegan sendiri sudah dicabut oleh
tentara Jepang saat menduduki Indonesia pada tahun 1942. Sedangkan untuk jalur
yang menuju Sampung sudah dinonaktifkan lebih awal sebelum Jepang datang ke
Indonesia.
Sebenarnya saat pembangunan jalur
menuju Badegan ini, Belanda telah merencanakan untuk menghubungkannya dengan
jalur cabang dilintas Solo – Baturetno untuk memperkuat jaringan kereta dijalur
selatan. Akan tetapi akibat krisis ekonomi dunia pada tahun 1930-an rencana
tersebut urung direalisasikan hingga Jepang datang menjajah Indonesia.
Disepanjang jalur dari Madiun hingga
Slahung Ponorogo tercatat pernah terdapat 28 pemberhentian kereta yang terdiri
dari stasiun, halte maupun stopplast.
Beberapa pemberhentian tersebut
diantaranya adalah: Madiun, Madiun Pasar, Pasar Besar, Sleko, Kanigoro,
Kepuh, Pagotan, Uteran, Sambur, Dolopo, Umbul, Milir, Kanten, Polorejo,
Ponorogo, Surodikraman, Siman, Brahu, Grageh, Demangan, Grogol, Jetis,
Ngasinan, Balong, Nailan, Banggel, Broto, dan Slahung. Dari semua pemberhentian
tersebut hanya beberapa saja yang masih tersisa, diantaranya adalah: Halte
Kanigoro, Halte Pagotan, Stasiun Ponorogo (hanya menyisakan rumah dinas), Halte
Jetis, Halte Balong, dan Halte Slahung.
Seiring dengan berjalannya waktu,
kereta api lambat laun mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Sarana kereta api
yang sudah uzur serta posisi jalur kereta yang bersisian dengan jalan raya
membuat kereta api tidak bisa melaju dengan cepat. Apalagi pada dekade 1970-an
moda transportasi berbasis jalan raya mulai berkembang pesat. Akhirnya pada
tahun 1984 jalur percabangan dari Madiun hingga Slahung Ponorogo resmi ditutup
karena menurunnya jumlah penumpang dan dinilai tidak menguntungkan.
Blusukan saya
kali ini saya mulai dari Stasiun Besar Madiun. Dari sinilah percabangan jalur
kereta menuju Slahung Ponorogo dimulai. Sebenarnya dari Stasiun Besar Madiun
terdapat dua percabangan jalur kereta, yakni menuju Ponorogo dan menuju Pabrik
Gula Rejo Agung. Percabangan jalur yang menuju PG Rejo Agung ini hingga kini masih
aktif digunakan akan tetapi hanya sampai ke depo milik Pertamina saja.
Peta Percabangan
Jalur Kereta dari Stasiun Besar Madiun
Menuju SF Rejo
Agung dan Ponorogo
Sumber: kitlv.nl
Bekas Jalur
Kereta Menuju PG Rejo Agung
Jalur Kereta
Menuju Depo Pertamina
Pabrik Gula Rejo
Agung Madiun
Aktifitas Kereta
di Pabrik Gula Rejo Agung Madiun
Sumber: Mike
Morant
B5001 di Stasiun
Madiun
Sumber: Foto Rob
Dickinson
Percabangan
Jalur Kereta Menuju Ponorogo dari Stasiun Madiun
Percabangan
menuju Ponorogo berada disebelah timur Stasiun Madiun atau tepatnya di Jalan
Kemuning Kelurahan Oro-oro Ombo. Dilokasi tersebut bekas jalur kereta menikung
tajam menuju Pasar Besar Madiun. Jejak rel disini sulit untuk ditemukan karena
sebagian besar jalur kereta telah berubah menjadi perumahan penduduk. Akan
tetapi dibeberapa titik kita masih bisa menemukan bekas besi rel kereta yang
tertutup perumahan warga.
Perjalanan saya lanjutkan menuju
Pasar Besar Madiun. Dahulu rel melintas tepat didepan Pasar Besar. Disini
dahulu juga terdapat pemberhentian kereta untuk mengakut para pedagang dari dan
menuju Ponorogo. Dari Pasar Besar jalur kereta menuju kebarat kemudian berbelok
menuju Pasar Sleko. Disepanjang jalan menuju Pasar Sleko bekas jalur kereta api
sudah tidak bisa ditemukan lagi. Hal ini karena posisi jalur kereta yang telah
berubah menjadi jalan raya.
Disebelah barat
Pasar Sleko, dahulu terdapat sebuah halte pemberhentian kereta bernama Halte
Sleko. Halte ini dahulu diramaikan oleh pedagang pasar yang hendak melakukan
transaksi jual beli di Pasar Sleko. Akan tetapi sayang, bangunan Halte Sleko
telah lama dirubuhkan dan kini telah berganti menjadi deretan bangunan baru.
Bekas Jalur
Kereta di Kelurahan Oro-oro Ombo
Pasar Besar
Madiun Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl
Kereta Melintas
di Pasar Besar Madiun
Sumber: Foto Rob
Dickinson
Aktivitas Kereta
Didalam Kota Madiun
Sumber: Rob
Dickinson
Kereta Berhenti di Stasiun Sleko Madiun
Sumber: Haven_Madioen
Kereta Berhenti di Stasiun Sleko Madiun
Sumber: Haven_Madioen
Meninggalkan Pasar Sleko perjalanan
saya lanjutkan kembali menuju Kanigoro. Dari Pasar Sleko bekas jalur kereta
telah berubah menjadi trotoar jalan. Sulit sekali menemukan bekas jalur kereta
di area ini, akan tetapi diarea ini terdapat patok milik PT. KAI sebagai
penanda bekas jalur kereta. Disebuah pertigaan jalan, jalur kereta berbelok kekiri
masuk kedalam sebuah perkampungan mengarah menuju Pabrik Gula Kanigoro. Disini
saya sempat menemukan bekas besi rel kereta yang berbelok menuju Kanigoro.
Sementara bekas rel kereta yang lain telah hilang tertimbun tanah.
Bekas Jalur
Kereta Menuju Kanigoro
Rel dari Sleko
Menuju Pabrik Gula Kanigoro
Tak terasa sampai juga perjalanan
saya di PG Kanigoro. Dibelakang pabrik gula ini terdapat sebuah halte
pemberhentian kereta api bernama Halte Kanigoro. Bangunan halte sendiri masih
bisa dikatakan terawat dengan warna-warni yang mencolok. Dahulu dari halte ini
terdapat percabangan jalur kereta menuju kedalam pabrik untuk mengakut hasil industri
dari PG Kanigoro. Namun sayang bekas jalur percabangan tersebut sudah lenyap
tak tersisa. Bahkan bekas besi rel disekitar haltepun tak bersisa sama sekali.
Hal ini dikarenakan bekas jalur kereta menuju Halte Kanigoro telah
dialihfungsikan sebagai jalan kampung. Disebelah utara halte ini juga terdapat
rumah dinas pegawai stasiun. Kini Halte Kanigoro dimanfaatkan warga sebagai
gudang.
Lokasi Halte
Kanigoro
Sumber: kitlv.nl
Jalur Kereta Menuju PG Kanigoro
Bekas Sinyal
Tebeng
Bekas Jalur Lori
PG Kanigoro Bersisian dengan Jalur Kereta
Bekas Jalur
Kereta Menuju Halte Kanigoro Berubah Menjadi Jalan Raya
Bekas Jalur Lori
PG Kanigoro Bersisian dengan Jalur Kereta
Bekas
Jalur Kereta Menuju Halte Kanigoro
Bangunan
Halte Kanigoro
Kamar
Mandi Halte Kanigoro
Tempat
Penjualan Tiket Halte Kanigoro
Rumah
Dinas Pegawai Halte Kanigoro
Pabrik Gula Kanigoro
Bekas
Jalur Kereta dari Halte Kanigoro Menuju Ponorogo
Sedikit menyinggung mengenai Pabrik
Gula Kanigoro. Pabrik yang didirikan pada tahun 1894 ini merupakan salah satu
pabrik gula yang berdiri diwilayah Madiun. Pabrik ini didirikan oleh Cultuur Handel & Industry Bank NV.
Setelah lebih dari satu abad berdiri, pabrik ini direncanakan oleh pemerintah
untuk ditutup karena alasan selalu merugi. Saat saya berkunjung ke PG Kanigoro
tak ada aktivitas giling sama sekali layaknya pabrik gula yang lain. Bahkan
perumahan-perumahan karyawanpun sudah banyak yang kosong tak terawat. Bangunan
utama PG Kanigoro memang jauh dari kesan modern. Tak ada upaya perbaikan dari
manajemen guna meningkatkan produktifitas dan efisiensi pabrik. Mungkin inilah
salah satu alasan mengapa pabrik gula ini selalu merugi saat masih beroperasi.
Kereta
Tebu Milik PG Kanigoro
Sumber:
Foto Rob Dickinson
Bekas
Jalur Lori PG Kanigoro Melintas Diatas Sungai Madiun
Meninggalkan Halte Kanigoro
perjalanan saya lanjutkan menuju Pagotan. Disini bekas jalur kereta telah
berubah menjadi jalan kampung yang berada ditengah persawahan. Kondisinya
sendiri memang sudah sulit untuk dikenali. Di dalam pemukiman warga saya juga
sempat menemukan sebuah pondasi jembatan kereta api yang telah tertutup semak
belukar. Setelah melalui persawahan dan kebun tebu, jalur kereta kemudian
berada disamping jalan Madiun – Ponorogo hingga Pabrik Gula Pagotan. Bekas besi
rel disepanjang jalan masih banyak yang bisa dijumpai, bahkan bisa dikatakan
masih utuh.
Sebelum memasuki PG Pagotan, bekas
jalur kereta masuk kejalan kampung yang kini dinamai Jalan Stasiun. Dari jalan
tersebut kemudian tembus hingga Halte Pagotan. Tak beda jauh dengan Halte
Kanigoro, Halte Pagotan lokasinya berada disekitar Pabrik Gula Pagotan. Dahulu
juga terdapat jalur percabangan menuju ke dalam pabrik sebagai jalur
distribusi. Sebenarnya bangunan Halte Pagotan masih bisa dikatakan utuh, akan
tetapi karena minimnya perawatan membuat bangunan halte tersebut terkesan
kumuh. Halte ini juga dilengkapi dengan rumah dinas untuk para pegawainya yang
kini masih terawat dengan baik.
BERSAMBUNG (SYSTEM ERROR)
----------------
BAGIAN 2:JALUR KERETA MADIUN - PONOROGO BAGIAN 2
BAGIAN 3: JALUR KERETA MADIUN - PONOROGO BAGIAN 3
PENELUSURAN TAHUN 2015: JALUR KERETA MADIUN - PONOROGO
PRIMA UTAMA / 2017 / WA: 085725571790 / primautama@ymail.com / INSTA: @primautama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar