JALUR TETES TEBU GEMBONGAN – COLOMADU
Industri gula adalah salah satu industri
tertua yang ada di Indonesia. Seiring dengan datangnya bangsa Belanda di
Indonesia, banyak pabrik gula atau suiker
fabriek didirikan sebagai sumber pemasukan bagi pemerintahan kolonial kala
itu. Bahkan sebelum tahun 1930, pulau Jawa pernah menjadi penghasil gula terbesar
kedua didunia setelah Kuba. Tercatat
eksport gula di pulau Jawa pernah mencapai 3 juta ton pertahun pada waktu
itu.
Pesatnya industri gula di tanah Jawa
tidaklah lepas dari infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk mendukung segala aktivitas industrinya. Pada masa itu, semua pabrik gula
selalu terhubung dengan stasiun kereta api atau jalur kereta api untuk
memudahkan aliran distribusi bahan baku dan angkutan hasil industri. Salah satu bukti tersebut berada di jalur
Gembongan – Colomadu.
Minggu 24 Mei 2015 saya mencoba
menelusuri bekas jalur kereta antara Gembongan hingga Colomadu. Blusukan kali
ini saya lakukan di sela-sela blusukan saya di bekas Pabrik Gula Kartosuro dan
Pabrik Gula Colomadu. Titik start
blusukan kali ini saya mulai dari Gembongan dimana terdapat percabangan jalur
menuju Colomadu.
Peta
Jalur Tetes Tebu Gembongan – Colomadu
Bekas PG
Kartosuro
Persimpangan
Jalur NIS dengan Decauville PG Kartosuro 1930
Sumber: kitlv.nl
Perkiraan
Lokasi Halte Gembongan
Dari lokasi perkiraan Halte
Gembongan, perjalanan saya mulai menuju kearah barat menyusuri jalan kampung.
Sambil berjalan pelan, saya terus merangsek masuk kedalam perkampungan warga. Meskipun
bekas rel sudah tidak ada, tetapi saya masih bisa merasakan bahwa jalur yang
saya lewati adalah bekas jalur kereta. Hal tersebut bisa dibuktikan dari
tikungan jalan yang ada serta beberapa gundukan tanah yang saya jumpai
dibeberapa titik. Jalur ini dahulu di bangun oleh NIS sebagai jalur angkutan
tetes tebu dari PG Colomadu menuju Stasiun Purwosari Solo. Saya kurang tahu
persis tahun berapa jalur ini dibangun, namun perkiraan saya jalur ini dibangun
seiring dengan pembangunan PG Colomadu tahun 1861.
Tak terasa perjalanan saya tiba
disebuah jembatan ditengah rimbunnya pohon bambu. Jembatan tersebut masih terlihat
kokoh dengan tulang besinya yang besar dan masih nnampak utuh menyangga jalan
yang melintang diatasnya. Suasana disekitar jembatanpun sungguh sangat sejuk
dan sunyi. Saya pun beristirahat sejenak sambil mengabadikan struktur bangunan
jembatan. Sambil mengamati kondisi sekitar untuk mencari petunjuk lain, saya
pun akhirnya tersadar bahwa ternyata di samping saya adalah kompleks pemakaman
warga. Saya tidak menduga sebelumnya karena pepohonan diarea tersebut sangat
rimbun sehingga tidak terlihat kompleks makam. Saya pun segera tancap gas
meninggalkan area tersebut.
Bekas
Jalur Kereta dari Halte Gembongan Menuju Colomadu
Bekas
Jembatan Kereta Api di Ngadirejo
Terus bergerak melanjutkan
perjalanan, akhirnya saya tiba diarea persawahan. Suasana yang teduh pun
berganti dengan teriknya matahari pagi itu. Kondisi jalanan yang saya lalui pun berubah
menjadi jalanan tanah dan berpasir. Untungnya waktu itu sudah memasuki musim
kemarau, sehingga kondisi jalan tidak becek. Saya pun juga harus berhati-hati
dari potensi ular sawah yang sewaktu-waktu bisa menampakkan diri. Tak lama
berselang, akhirnya perjalanan saya tiba di sebuah perumahan cluster. Seiring
dengan perkembangan zaman dan pembangunan kota, area persawahan di kawasan tersebut
memang telah banyak disulap menjadi perumahan.
Didepan
perumahan cluster tersebut saya memjumpai sebuah jembatan kecil yang telah di
cor semen bagian atasnya. Sayapun turun dari motor dan berjalan ke persawahan
untuk mengamati jembatan tersebut dari arah samping. Ternyata benar dugaan saya, jembatan tersebut
adalah jembatan bekas kereta api. Hal ini bisa dilihat dari fisik jembatan yang
sering saya jumpai di tempat lain. Aktivitas saya di lokasi tersebut mendapat
pengawasan dari security kompleks yang mengawasi saya dari pos security yang
tak jauh dari jembatan. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, saya pun
segera bergegas meninggalkan lokasi dan melanjutkan perjalanan kembali.
Bekas Jembatan Kereta Api di Depan Perumahan Griya Tauhid
Bekas
Jembatan Tampak Samping
Perjalanan saya pun tiba di halaman
belakang sebuah perumahan cluster yang berdiri tak jauh dari lokasi jembatan.
Disini saya menemukan petunjuk lagi, yaitu sebuah plang milik PT. KAI tertancap
dipinggir jalan. Perjalanan pun kembali saya lanjutkan kearah utara.
Plang Milik PT. KAI
Tibalah saya disebuah persawahan di mana disana
terdapat sebuah gubug yang berdiri di bawah pohon besar. Tak jauh dari gubug
tersebut saya kembali menjumpai sebuah jembatan yang struktur dan ukurannya
hampir menyerupai jembatan pertama yang saya lihat tadi. Kondisi jembatan kali ini bisa dikatakan 90
persen masih asli. Bentuknya pun juga tak banyak mengalami perubahan, hanya bekas
rel yang di semen untuk memudahkan kendaraan lewat diatasnya.
Bekas
Jembatan Kereta Api
Waktu terus
berlalu, terik mataharipun semakin terasa panas dikulit. Saya pun segera
beranjak untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini saya kembali memasuki sebuah
perkampungan warga yang cukup padat. Di sana saya lagi-lagi menjumpai plang
milik PT. KAI tertancap tak jauh dari perempatan jalan. Perjalanan terus saya
lakukan hingga akhirnya saya tiba di perumahan Griya Alamanda. Saat saya
melewati sebuah jembatan, saya melihat bekas jembatan kereta api berada tak
jauh dari lokasi saya. Sayapun mencoba mencari jalan masuk menuju jembatan
tersebut.
Saya mencoba mencari jalan dengan
memasuki kompleks perumahan Griya Alamanda. Disana terdapat sebuah jalan
setapak yang ternyata menuju kearah jembatan yang saya cari. Waktu itu saya
agak kesulitan menjangkau lokasi jembatan karena jalan akses masuk yang tertutup
truk yang kebetulan parkir menutupi jalan. Dengan modal nekad akhirnya saya
bisa menjangkau lokasi jembatan tersebut.
Plang
Milik PT. KAI di Paulan
Jalur
Kereta Belok ke Kiri Masuk ke Griya Alamanda
Bekas
Jembatan Kereta Api di Colomadu
Jembatan yang saya jumpai ini adalah
jembatan kereta terakhir dari arah Gembongan Kartosuro menuju Colomadu. Dari lokasi
jembatan ini, Pabrik Gula Colomadu sudah terlihat dari kejauhan. Setelah
jembatan ini, jalur kereta bergerak menuju kearah PG Colomadu melintasi areal
persawahan. Di lokasi tersebut, gundukan tanah bekas jalur kereta masih bisa
saya saksikan dengan jelas. Bahkan bekas jalur tersebut kini dimanfaatkan warga
sebagai jalan untuk pergi ke ladang. Sayang sekali bekas jembatan tersebut
tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, akhirnya saya harus memutar arah menuju
PG Colomadu.
Setibanya di PG Colomadu, saya
bergerak ke sisi selatan pabrik dimana saya perkirakan terdapat jalur masuk
kereta menuju area pabrik. Disamping pabrik, saya menjumpai sebuah jembatan
kecil yang saya perkirakan adalah jalur masuk kereta api ke PG Colomadu. Akan
tetapi kini bekas pintu masuk tersebut telah ditutup tembok beton, bahkan bekas
jembatanpun sudah tertutup lebatnya rumput liar.
Perkiraan Jalur Masuk Kereta Menuju
Area PG Colomadu
Dengan tibanya saya di lokasi PG
Colomadu, maka berakhir pula blusukan saya kali ini. Meskipun hanya memiliki
rute yang pendek dan tidak banyak peninggalan infrastruktur kereta api yang
bisa saya temui, namun pelajaran yang bisa diambil dari blusukan kali ini
sangatlah banyak. Pengetahuan saya bertambah mengenai sebuah jalur kereta yang
khusus digunakan untuk angkutan tetes tebu. Disini saya juga bisa mengambil
suatu kesimpulan bahwa pembangunan yang dilakukan di masa lalu sangatlah
terencana dan terkoneksi dengan baik guna menunjang aktivitas bisnis yang ada.
Sebelum pulang saya menyempatkan
untuk mampir kelokasi PG Colomadu. Sebenarnya didalam area pabrik masih
terdapat bangunan stasiun remise dan bekas jalur kereta NIS yang belum dicabut.
Akan tetapi sayang waktu itu dilokasi pabrik sedang digunakan untuk acara
tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk meminta izin masuk ke area pabrik.
PG Colomadu adalah sebuah pabrik
gula yang pendiriannya diprakarsai oleh Mangkunegaran IV. Peletakan batu
pertama dilakukan pada tanggal 8 Desember 1861. Colomadu sendiri memiliki arti
gunung madu, dimana pendirian pabrik ini diharapkan bisa memberikan kehidupan
yang manis bagi masyarakat sekitarnya. Akan tetapi sayang, merosotnya jumlah
produksi dan berkurangnya lahan tebu membuat pabrik ini berhenti beroperasi.
Akhirnya pada tanggal 1 Mei 1997, PG Colomadu melakukan penggilingan terakhir
dan berhenti beroperasi. Semoga peninggalan bersejarah ini dapat tetap
dilestarikan.
Eks
PG Colomadu
Mangkunegaran IV Pendiri PG Colomadu
-------------------------------------------------------------------------------
Artikel ini dikembangkan oleh: blusukanpabrikgula.blogspot.com
-------------------------------------------------------------------------------
Prima Utama / 2015 / WA: 085725571790 / email/fb: primautama@ymail.com / instagram: @primautama
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Kapan-kapan blusukan di bekas pabrik gula kalibagor banyumas kang... :D
BalasHapusya, nanti kapan2 kalau ada waktu main ke sana
BalasHapusGan, ane nemu plat pabrikan di samping jembatan KA Ngadirejo.
BalasHapusPlat pabrikan apa?
Hapusplat pabrikan jembatan kayaknya
HapusMantap... aku baru tau kalau sekitaran rumahku penuh dengan sejarah perkereta apian.
BalasHapus