Minggu, 31 Mei 2015

JALUR TETES TEBU GEMBONGAN - COLOMADU

JALUR TETES TEBU GEMBONGAN – COLOMADU

            Industri gula adalah salah satu industri tertua yang ada di Indonesia. Seiring dengan datangnya bangsa Belanda di Indonesia, banyak pabrik gula atau suiker fabriek didirikan sebagai sumber pemasukan bagi pemerintahan kolonial kala itu. Bahkan sebelum tahun 1930, pulau Jawa pernah menjadi penghasil gula terbesar kedua didunia setelah Kuba.  Tercatat eksport gula di pulau Jawa pernah mencapai 3 juta ton pertahun pada waktu itu.   
            Pesatnya industri gula di tanah Jawa tidaklah lepas dari infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mendukung segala aktivitas industrinya. Pada masa itu, semua pabrik gula selalu terhubung dengan stasiun kereta api atau jalur kereta api untuk memudahkan aliran distribusi bahan baku dan angkutan hasil industri.  Salah satu bukti tersebut berada di jalur Gembongan – Colomadu.

            Minggu 24 Mei 2015 saya mencoba menelusuri bekas jalur kereta antara Gembongan hingga Colomadu. Blusukan kali ini saya lakukan di sela-sela blusukan saya di bekas Pabrik Gula Kartosuro dan Pabrik Gula Colomadu. Titik start blusukan kali ini saya mulai dari Gembongan dimana terdapat percabangan jalur menuju Colomadu.

Peta Jalur Tetes Tebu Gembongan – Colomadu

Bekas PG Kartosuro

Persimpangan Jalur NIS dengan Decauville PG Kartosuro 1930
Sumber: kitlv.nl

Perkiraan Lokasi Halte Gembongan

           Dari lokasi perkiraan Halte Gembongan, perjalanan saya mulai menuju kearah barat menyusuri jalan kampung. Sambil berjalan pelan, saya terus merangsek masuk kedalam perkampungan warga. Meskipun bekas rel sudah tidak ada, tetapi saya masih bisa merasakan bahwa jalur yang saya lewati adalah bekas jalur kereta. Hal tersebut bisa dibuktikan dari tikungan jalan yang ada serta beberapa gundukan tanah yang saya jumpai dibeberapa titik. Jalur ini dahulu di bangun oleh NIS sebagai jalur angkutan tetes tebu dari PG Colomadu menuju Stasiun Purwosari Solo. Saya kurang tahu persis tahun berapa jalur ini dibangun, namun perkiraan saya jalur ini dibangun seiring dengan pembangunan PG Colomadu tahun 1861.
            Tak terasa perjalanan saya tiba disebuah jembatan ditengah rimbunnya pohon bambu. Jembatan tersebut masih terlihat kokoh dengan tulang besinya yang besar dan masih nnampak utuh menyangga jalan yang melintang diatasnya. Suasana disekitar jembatanpun sungguh sangat sejuk dan sunyi. Saya pun beristirahat sejenak sambil mengabadikan struktur bangunan jembatan. Sambil mengamati kondisi sekitar untuk mencari petunjuk lain, saya pun akhirnya tersadar bahwa ternyata di samping saya adalah kompleks pemakaman warga. Saya tidak menduga sebelumnya karena pepohonan diarea tersebut sangat rimbun sehingga tidak terlihat kompleks makam. Saya pun segera tancap gas meninggalkan area tersebut.

Bekas Jalur Kereta dari Halte Gembongan Menuju Colomadu

Bekas Jembatan Kereta Api di Ngadirejo

            Terus bergerak melanjutkan perjalanan, akhirnya saya tiba diarea persawahan. Suasana yang teduh pun berganti dengan teriknya matahari pagi itu.  Kondisi jalanan yang saya lalui pun berubah menjadi jalanan tanah dan berpasir. Untungnya waktu itu sudah memasuki musim kemarau, sehingga kondisi jalan tidak becek. Saya pun juga harus berhati-hati dari potensi ular sawah yang sewaktu-waktu bisa menampakkan diri. Tak lama berselang, akhirnya perjalanan saya tiba di sebuah perumahan cluster. Seiring dengan perkembangan zaman dan pembangunan kota, area persawahan di kawasan tersebut memang telah banyak disulap menjadi perumahan.
Didepan perumahan cluster tersebut saya memjumpai sebuah jembatan kecil yang telah di cor semen bagian atasnya. Sayapun turun dari motor dan berjalan ke persawahan untuk mengamati jembatan tersebut dari arah samping.  Ternyata benar dugaan saya, jembatan tersebut adalah jembatan bekas kereta api. Hal ini bisa dilihat dari fisik jembatan yang sering saya jumpai di tempat lain. Aktivitas saya di lokasi tersebut mendapat pengawasan dari security kompleks yang mengawasi saya dari pos security yang tak jauh dari jembatan. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, saya pun segera bergegas meninggalkan lokasi dan  melanjutkan perjalanan kembali.

Bekas Jembatan Kereta Api di Depan Perumahan Griya Tauhid

Bekas Jembatan Tampak Samping

            Perjalanan saya pun tiba di halaman belakang sebuah perumahan cluster yang berdiri tak jauh dari lokasi jembatan. Disini saya menemukan petunjuk lagi, yaitu sebuah plang milik PT. KAI tertancap dipinggir jalan. Perjalanan pun kembali saya lanjutkan kearah utara.

Plang Milik PT. KAI

Tibalah saya disebuah persawahan di mana disana terdapat sebuah gubug yang berdiri di bawah pohon besar. Tak jauh dari gubug tersebut saya kembali menjumpai sebuah jembatan yang struktur dan ukurannya hampir menyerupai jembatan pertama yang saya lihat tadi.  Kondisi jembatan kali ini bisa dikatakan 90 persen masih asli. Bentuknya pun juga tak banyak mengalami perubahan, hanya bekas rel yang di semen untuk memudahkan kendaraan lewat diatasnya.

 Bekas Jembatan Kereta Api

            Waktu terus berlalu, terik mataharipun semakin terasa panas dikulit. Saya pun segera beranjak untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini saya kembali memasuki sebuah perkampungan warga yang cukup padat. Di sana saya lagi-lagi menjumpai plang milik PT. KAI tertancap tak jauh dari perempatan jalan. Perjalanan terus saya lakukan hingga akhirnya saya tiba di perumahan Griya Alamanda. Saat saya melewati sebuah jembatan, saya melihat bekas jembatan kereta api berada tak jauh dari lokasi saya. Sayapun mencoba mencari jalan masuk menuju jembatan tersebut.
            Saya mencoba mencari jalan dengan memasuki kompleks perumahan Griya Alamanda. Disana terdapat sebuah jalan setapak yang ternyata menuju kearah jembatan yang saya cari. Waktu itu saya agak kesulitan menjangkau lokasi jembatan karena jalan akses masuk yang tertutup truk yang kebetulan parkir menutupi jalan. Dengan modal nekad akhirnya saya bisa menjangkau lokasi jembatan tersebut.

Plang Milik PT. KAI di Paulan

Jalur Kereta Belok ke Kiri Masuk ke Griya Alamanda

Bekas Jembatan Kereta Api di Colomadu

            Jembatan yang saya jumpai ini adalah jembatan kereta terakhir dari arah Gembongan Kartosuro menuju Colomadu. Dari lokasi jembatan ini, Pabrik Gula Colomadu sudah terlihat dari kejauhan. Setelah jembatan ini, jalur kereta bergerak menuju kearah PG Colomadu melintasi areal persawahan. Di lokasi tersebut, gundukan tanah bekas jalur kereta masih bisa saya saksikan dengan jelas. Bahkan bekas jalur tersebut kini dimanfaatkan warga sebagai jalan untuk pergi ke ladang. Sayang sekali bekas jembatan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, akhirnya saya harus memutar arah menuju PG Colomadu.
            Setibanya di PG Colomadu, saya bergerak ke sisi selatan pabrik dimana saya perkirakan terdapat jalur masuk kereta menuju area pabrik. Disamping pabrik, saya menjumpai sebuah jembatan kecil yang saya perkirakan adalah jalur masuk kereta api ke PG Colomadu. Akan tetapi kini bekas pintu masuk tersebut telah ditutup tembok beton, bahkan bekas jembatanpun sudah tertutup lebatnya rumput liar. 

Perkiraan Jalur Masuk Kereta Menuju Area PG Colomadu

            Dengan tibanya saya di lokasi PG Colomadu, maka berakhir pula blusukan saya kali ini. Meskipun hanya memiliki rute yang pendek dan tidak banyak peninggalan infrastruktur kereta api yang bisa saya temui, namun pelajaran yang bisa diambil dari blusukan kali ini sangatlah banyak. Pengetahuan saya bertambah mengenai sebuah jalur kereta yang khusus digunakan untuk angkutan tetes tebu. Disini saya juga bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa pembangunan yang dilakukan di masa lalu sangatlah terencana dan terkoneksi dengan baik guna menunjang aktivitas bisnis yang ada.
            Sebelum pulang saya menyempatkan untuk mampir kelokasi PG Colomadu. Sebenarnya didalam area pabrik masih terdapat bangunan stasiun remise dan bekas jalur kereta NIS yang belum dicabut. Akan tetapi sayang waktu itu dilokasi pabrik sedang digunakan untuk acara tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk meminta izin masuk ke area pabrik.
            PG Colomadu adalah sebuah pabrik gula yang pendiriannya diprakarsai oleh Mangkunegaran IV. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 8 Desember 1861. Colomadu sendiri memiliki arti gunung madu, dimana pendirian pabrik ini diharapkan bisa memberikan kehidupan yang manis bagi masyarakat sekitarnya. Akan tetapi sayang, merosotnya jumlah produksi dan berkurangnya lahan tebu membuat pabrik ini berhenti beroperasi. Akhirnya pada tanggal 1 Mei 1997, PG Colomadu melakukan penggilingan terakhir dan berhenti beroperasi. Semoga peninggalan bersejarah ini dapat tetap dilestarikan.

Eks PG Colomadu

Mangkunegaran IV Pendiri PG Colomadu


-------------------------------------------------------------------------------
Artikel ini dikembangkan oleh: blusukanpabrikgula.blogspot.com
-------------------------------------------------------------------------------
Prima Utama / 2015 / WA: 085725571790 / email/fb: primautama@ymail.com / instagram: @primautama
-------------------------------------------------------------------------------------------------

6 komentar:

  1. Kapan-kapan blusukan di bekas pabrik gula kalibagor banyumas kang... :D

    BalasHapus
  2. ya, nanti kapan2 kalau ada waktu main ke sana

    BalasHapus
  3. Gan, ane nemu plat pabrikan di samping jembatan KA Ngadirejo.

    BalasHapus
  4. Mantap... aku baru tau kalau sekitaran rumahku penuh dengan sejarah perkereta apian.

    BalasHapus