Kamis, 09 Maret 2017

BLUSUKAN MALANG RAYA  BAGIAN III:
MENGENANG JALUR TRAM GONDANGLEGI – DAMPIT

            Setelah pada blusukan sebelumnya saya menelusuri jejak tram di Kepanjen, kini penelusuran saya lanjutkan dari Gondanglegi hingga Dampit. Tak terasa hari sudah begitu teriknya. Cuaca kala itu memang sangat panas, namun dari kejauhan mendung yang begitu gelap pekat tampak terlihat dari arah Dampit. Perjalananpun segera saya percepat.
            Titik awal penelusuran saya menuju Dampit saya mulai dari Stasiun Gondanglegi. Menurut referensi yang saya peroleh, dari Stasiun Gondanglegi hingga Dampit kurang lebih terdapat tujuh pemberhentian tram, yaitu: Gondanglegi – Sepanjang – Sedayu – Turen (percabangan) – Talok – Rembun – Pamotan – Dampit. Total jalur tram antara Stasiun Gondanglegi hingga Dampit kurang lebih ada 15 kilometer ditambah 1 kilometer percabangan jalur dari Sedayu hingga Turen.
Jalur pada petak tersebut dibuka secara bertahap. Untuk tahap pertama jalur yang dibuka adalah Gondanglegi – Talok yang dibuka pada tanggal 9 September 1898 dengan panjang sejauh 7 kilometer. Tahap kedua adalah Talok – Dampit yang dibuka pada tanggal 14 Januari 1899 dengan panjang sejauh 8 kilometer. Sedangkan tahap ketiga atau yang terakhir adalah Sedayu – Turen yang dibuka pada tanggal 25 September 1908 dengan panjang hanya 1 kilometer.

Menurut informasi yang saya peroleh, sebenarnya percabangan jalur antara Gondanglegi hingga Dampit memiliki nasib yang sama seperti pada petak Gondanglegi – Kepanjen, yakni dicabut oleh Pemerintahan Dai Nipon saat menduduki Indonesia. Rel-rel tersebut dicabut untuk dipindah ke daerah lain atau disulap untuk dibuat alat perang. Akan tetapi nasib jalur tram antara Gondanglegi – Dampit jauh lebih baik dari pada jalur yang menuju ke Kepanjen, karena pascakemerdekaan jalur menuju Dampit dipasang kembali oleh Pemerintah Kolonial saat ingin merebut kembali kedaulatan Republik Indonesia. Jalur tram yang tidak dipasang kembali adalah percabangan antara Halte Sedayu hingga Turen yang memiliki panjang hanya 1 kilometer saja.

Peta Jalur Tram di Kota Malang
Sumber: Universiteit Leiden

Peta Percabangan Jalur Tram dari Gondanglegi Menuju Dampit (Kanan)
Sumber: kitlv.nl


Stasiun Gondanglegi

            Meninggalkan Gondanglegi perjalanan saya mulai menuju Dampit. Dari Gondanglegi kondisi geografis tanah mulai berbukit-bukit. Hal inilah yang membuat bekas jalur tram sedikit agak menjauhi jalan raya, meskipun dibeberapa titik ada juga jalur tram yang terletak disamping jalan raya. Bekas besi rel pun masih banyak saya jumpai. Dipetak ini saya juga banyak menjumpai gundukan-gundakan tanah yang tinggi yang merupakan bekas jalur kereta. Bekas pilar-pilar jembatan pun juga banyak saya jumpai. Maklum saja kondisi tanah yang berbukit-bukit membuat jalur tram harus dibuat sedemikian rupa agar tram bisa melaju dengan baik. Jalur tram di petak Gondanglegi – Sedayu ini posisinya berada di sebelah kiri jalan. Tidaklah sulit mencari bekas jalur dipetak ini, karena patok-patok milik PT. KAI banyak saya jumpai disepanjang jalur.

Bekas Jalur Tram Menuju Sedayu - Dampit


Bekas Pilar Jembatan Tram

Bekas Gundukan Tanah Jalur Tram Menuju Sedayu – Dampit (Kanan)

            Tak terasa perjalanan saya sampai di wilayah Sedayu. Hal ini ditandai dengan adanya sebuah pertigaan besar dimana terdapat percabangan jalan menuju Turen. Jika dilihat pada peta, dipertigaan tersebutlah dulu terdapat lokasi Halte Sedayu dan percabangan jalur menuju Turen. Lokasi percabangan jalur menuju Turen sebagian besar berada diarea Pabrik Senjata Pindad. Hal ini ditandai dengan plang milik PT. KAI yang tertancap disana. Bekas banguan Halte Sedayu memang sudah tidak berbekas, akan tetapi beberapa rumah dinasnya masih bisa saya temui disana.
            Dari pertigaan Sedayu perjalanan saya lanjutkan terlebih dahulu kearah Turen. Percabangan jalur dari Sedayu menuju Turen tidaklah panjang, yakni hanya 1 kilometer saja. Bekas jejak keberadaan tram di Turen memang sudah hilang sama sekali, termasuk bekas Halte Turen. Maklum saja jalur pada petak ini mulai non aktif saat pendudukan Jepang pada tahun 1943. Akan tetapi jika melihat dari peta, lokasi Halte Turen kurang lebih berada tak jauh dari kantor Pegadaian Turen atau sebelum Pasar Turen.

Peta Lokasi Halte Sedayu dan Halte Turen
Sumber: kitlv.nl

Pertigaan Sedayu (Foto Membelakangi Turen)

Bekas Tanda Perlintasan Kereta Api Didepan Pabrik Pindad

Sebuah Bangunan Didepan Pabrik Pindad

Perkiraan Area Lokasi Halte Turen

            Beranjak dari Sedayu, perjalanan saya lanjutkan kembali menuju Talok. Kali ini bekas jalur tram masih berada disebelah kiri jalan. Bekas relnya pun masih banyak saya jumpai. Posisi rel sendiri ada sebagian yang berada diarea persawahan maupun disamping jalan raya. Tak berapa lama perjalanan saya tiba di Talok. Di titik ini posisi jalur kereta mulai bersilangan dengan jalan raya dan berpindah disebelah kanan jalan.
Menurut peta, didaerah Talok ini dahulu terdapat sebuah pemberhentian tram bernama Halte Talok. Namun berdasarkan informasi yang saya dapatkan, bekas bangunan Halte Talok kini sudah tidak ada dan digantikan dengan bangunan toko. Dari Talok jalur tram mulai menanjak karena kondisi geografis yang berbukit-bukit.

 Lokasi Halte Talok

Sumber: kitlv.nl


Bekas Jalur Tram di Sedayu Menuju Talok (Kanan)

Bekas Jalur Tram Menuju Talok (Kanan Atas)

Bekas Rel Melintas Diatas Sungai di Talok

Posisi Rel Memotong Jalan Memasuki Halte Talok (Kiri)

Area Perkiraan Lokasi Halte Talok

            Setibanya di Talok, kedatangan saya disambut dengan hujan yang sangat lebat. Perjalananpun segera saya lanjutkan menuju Dampit. Selama perjalanan menuju Dampit ini saya sudah tidak menemukan bekas rel jalur tram. Yang saya jumpai hanyalah bekas pondasi dan pilar-pilar jembatan yang melewati bukit-bukit. Dipetak ini banyak segali gundukan-gundukan tanah bekas jalur kereta. Hal ini dikarenakan Dampit merupakan wilayah yang cukup tinggi, sehingga jalur tram harus dibuat sedemikian rupa agar  tram bisa melaju dengan baik.
            Tak terasa perjalanan saya tiba di Pasar Dampit. Sayapun segera bergegas mencari lokasi Stasiun Dampit. Tidak mudah mencari lokasi Stasiun Dampit kala itu. Hujan yang turun dengan lebatnya serta kabut yang tebal ditambah kondisi Pasar Dampit yang padat membuat saya harus berputat-putar dan masuk kebeberapa gang perkampungan untuk mencari lokasi stasiun. Akhirnya setelah cukup lama berputar-putar, sayapun berhasil menemukan bekas bangunan Stasiun Dampit. Bangunannya sendiri memang nyelempit diantara perumahan warga. Bahkan kondisi bangunannya sendiri sudah tidak utuh. Kini bekas bangunan Stasiun Dampit digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat usaha mebel.

Bekas Pilar Jembatan Tram Menuju Dampit Tertutup Pepohonan

Bekas Pilar Jembatan Melintasi Sebuah Sungai Menuju Dampit

Tram Melintas di Kali Lesti Tahun 1919
Sumber: Universiteit Leiden

Bekas Jalur Tram di Area Persawahan

Bekas Pondasi Jembatan Tram Menuju Dampit


Bekas Bangunan Stasiun Dampit

Bekas Emplasemen Stasiun Dampit

Rumah Dinas Stasiun Dampit

Suasana Stasiun Dampit Tahun 1923
Sumber: Universiteit Leiden

            Disekitar Stasiun Dampit saya sempat berbicang-bincang dengan salah seorang warga. Beliau sedikit berkisah bahwa dulunya Stasiun Dampit merupakan stasiun yang cukup ramai. Banyak hasil pertanian dan perkebunan masyarakat sekitar yang diangkut menggunakan tram untuk dibawa dan dijual di Kota. Setelah angkutan jalan raya mulai mendominasi, sedikit demi sedikit tram mulai ditinggalkan dan berujung pada penutupan Stasiun Dampit.
            Hujan turun semakin deras. Udara dinginpun begitu menusuk tulang. Penelusuran saya di Dampitpun harus saya sudahi. Akhirnya selesai sudah penelusuran saya dipetak Jagalan – Kepanjen dan Jagalan – Dampit. Capek sudah pasti, namun banyak ilmu, pengalaman dan informasi yang saya peroleh selama penelusuran saya dipetak tersebut. Esok masih ada petak jalur Blimbing – Singosari dan Blimbing – Tumpang yang harus saya telusuri dengan petualangan yang tak kalah seru pastinya. Bersambung. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PRIMA UTAMA / 2017 / WA: 085725571790 / MAIL, FB: primautama@ymail.com / INSTA: @primautama         






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar