BLUSUKAN MALANG RAYA BAGIAN I:
MENGENANG JALUR TRAM JAGALAN -
GONDANGLEGI
Tak terasa hampir 2 tahun tidak
berkunjung ke Kota Malang. Kali ini diawal bulan Maret 2017 yang bertepatan
juga dengan kedatangan Raja Salman ke Indonesia, Alhamdulillah saya
berkesempatan lagi mengunjungi Kota Malang yang berhawa sejuk ini. Entah ini
kunjungan saya yang keberapa di Kota Malang, yang pasti setiap berkunjung ke
kota ini selalu ada suasana berbeda yang saya rasakan. Lalu lintas yang macet
dan pemukiman yang padat selalu menyambut setiap kedatangan saya di kota ini.
Namun dibalik itu semua, Malang memiliki sisi lain yang indah untuk dikenang
dan ditelusuri.
Kali ini kedatangan saya ke Kota
Malang selain untuk sedikit merasakan liburan, juga sembari saya persiapkan
untuk melakukan blusukan bekas jalur tram di Kota Arema ini. Blusukan kali ini
adalah blusukan saya yang kedua, dimana sebelumnya saya pernah melakukan
blusukan jalur tram antara Blimbing hingga Tumpang. Pada kesempatan kedua ini,
saya merencanakan untuk melakukan blusukan disemua jalur tram yang pernah ada
di Kota Malang.
Sedikit mengingat kembali sejarah
tram di Kota Malang. Malang Stoomtram Maatschappij (MSM) merupakan salah satu
perusahaan swasta kereta api Hindia Belanda yang diberi konsensi untuk membuka
layanan kereta api berbasis tram di Kota Malang. Perusahaan ini didirikan pada
tanggal 14 November 1897 yang berasosiasi dengan perusahaan tram sejenis yakni
Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) yang memiliki trayek antara Kediri – Pare -
Jombang. MSM sendiri berkantor pusat di daerah Jagalan Malang, dengan Stasiun
Jagalan sebagai stasiun pusatnya.
Diawal pendirian perusahaan setelah
memperoleh konsesi dari pemerintah Hindia Belanda, MSM mulai membangun jalur
tram secara bertahap. Hal ini dikarenakan terbatasnya dana yang dimiliki saat
itu. Beberapa jalur yang dibuka dan berhasil diselesaikan oleh MSM hingga tahun
1908 diantaranya adalah: Singasari – Blimbing – Jagalan; Blimbing – Tumpang
(arah bandara); Jagalan – Gondanglegi; Gondanglegi – Dampit (bercabang di
Sedayu – Turen); dan Gondanglegi – Kepanjen.
Peta Jalur Tram
di Malang
Sumber:
Universiteit Leiden
Selain sebagai sarana angkutan
penumpang, tram di Kota Malang juga ditujukan untuk angkutan hasil perkebunan
seperti tebu. Seperti diketahui bahwa di Kota Malang kala itu memang banyak
berdiri pabrik gula (suiker fabriek),
dimana sebagai angkutan hasil industrinya menggunakan tram sebagai sarana
distribusi ke stasiun-stasiun utama milik Staatsspoorwegen (SS) yang kemudian di distribusikan keseluruh Pulau
Jawa maupun diekspor. Total jalur yang berhasil dibangun oleh MSM sepanjang 85
kilometer. Jalur tersebut diantaranya adalah:
Trayek
|
Jarak
|
Tanggal Pembukaan
|
Malang – Bululawang
Bululawang – Gondanglegi
Gondanglegi – Talok
Talok – Dampit
Gondanglegi – Kepanjen
Tumpang – Singasari
Malang – Blimbing
Sedayu - Turen
|
11
km
12
km
7
km
8
km
17
km
23
km
6
km
1
km
|
14 November 1897
4 Februari 1898
9 September 1898
14 Januari 1899
10 Juni 1900
27 April 1901
15 Februari 19033
25 September 1908
|
Ir. Diederik
Johannes Maximilianus Govert
Direktur MSM
tahun 1931 – 1935
Sumber: iisg Nederland
Kantor Pusat MSM
tahun 1923 Setelah Renovasi
Sumber:
Universiteit Leiden
Penelusuran kali
ini akan saya bagi kedalam beberapa bagian dikarenakan panjangnya rute yang
akan saya lalui. Untuk bagian pertama ini, rute yang akan saya bahas yakni
bekas jalur tram antara Stasiun Jagalan hingga Stasiun Gondanglegi yang
berjarak kurang lebih 23 kilometer. Menurut referensi yang saya peroleh,
disepanjang jalur antara Jagalan hingga Gondanglegi sejauh 23 kilometer
tersebut, terdapat 10 pemberhentian tram yang terdiri dari Stasiun (St), Halte
(H), dan Stopplats (S). Pemberhentian tram tersebut diantaranya adalah: Jagalan
– Malang Kota Lama (SS) – Lowokdoro Kacuk – Kendalpayak – Sempalwadak –
Bululawang – Krebet – Bulupayung – Ketawang – Gondanglegi.
Perjalanan pertama saya pagi itu
adalah menuju Jalan Halmahera dimana dijalan tersebut terletak stasiun pusat
milik MSM yakni Stasiun Jagalan. Lokasi stasiun sendiri tidaklah jauh dari
Stasiun Kota Lama Malang. Disekitar area stasiun, saya masih banyak menjumpai
bekas rumah-rumah dinas pegawai PT. KAI yang merupakan peninggalan dari
perusahaan MSM. Hal ini dikarenakan jagalan merupakan pusat dari MSM sehingga
tak heran jika banyak rumah bekas karyawan MSM yang masih tersisa disana.
Stasiun Jagalan bangunan utamanya
masih kokoh berdiri, meskipun banyak mengalami perubahan. Stasiun tersebut kini
disewakan oleh PT. KAI sebagai tempat tinggal. Di bagian emplasemen stasiun
masih ada satu jalur kereta aktif yang digunakan sebagai jalur langsir kereta
api pengangkut BBM dari Stasiun Kota Lama menuju Depo Pertamina. Sementara
untuk jalur yang lain telah tertimbun tanah, bahkan disisi lain, bekas jalur
kereta juga telah tertutup oleh lapak-lapak milik masyarakat sekitar.
Lokasi Stasiun
Jagalan
Sumber: kitlv.nl
Emplasemen
Stasiun Jagalan
Ujung Jalur di
Stasiun Jagalan (Foto Membelakangi Stasiun)
Bekas Jalur Non
Aktif Stasiun Jagalan yang Tertimbun Tanah
Bagian
Depan Stasiun Jagalan yang Tertutup Kios
Jalur dari
Stasiun Kota Lama Menuju Stasiun Jagalan
Jalur Kereta
Menuju Dipo Pertamina
Beranjak
Meninggalkan Stasiun Jagalan, perjalanan saya lanjutkan menuju Gadang.
Disepanjang perjalanan menuju Gadang, saya masih banyak menjumpai bekas jalur
tram yang berada disebelah kanan jalan. Bekas jalur tersebut terletak persis
disamping jalan raya. Tak terasa tibalah saya di perempatan Gadang. Menurut
referensi lain yang pernah saya baca, dulu di Gadang terdapat pemberhentian
tram yang kini bekas bangunannya sudah tidak berbekas. Maklum saja, area disekitar
Gadang merupakan area yang ramai dan padat, sehingga mungkin bekas bangunan
pemberhentian kereta telah lama dirobohkan.
Perjalanan saya lanjutkan menuju
Kendalpayak. Hampir serupa dengan perjalanan saya menuju Gadang sebelumnya,
dipetak Gadang – Kendalpayak bekas jalur tram dibeberapa titik masih bisa saya
jumpai. Lokasinya pun masih berada disebelah kanan jalan. Akhirnya saya tiba
disebuah area di Kendalpayak dimana saya menjumpai beberapa bekas rumah dinas
pegwai stasiun yang masih berdiri. Kurang lebih ada tiga bangunan rumah dinas
berukuran sedang yang masih berdiri disana. Sayapun sempat berhenti dan
bertanya-tanya kepada salah seorang kakek yang kebetulan berada disana.
Melalui percakapan yang saya
lakukan, saya memperoleh informasi bahwa benar dahulu lokasi Stasiun
Kendalpayak memang berada disekitar rumah dinas tersebut. Beliau berkisah bahwa
dahulu dilokasi sekitar Alfamart yang ada disekitar area tersebut banyak tram
yang berhenti untuk menaikturunkan penumpang dan bersilang.
Menurut
info dari beliau, seiring dengan berjalannya waktu bangunan Stasiun Kendalpayak
mulai dirobohkan. Bekas jalur keretanyapun juga telah tertimbun oleh aspal saat
terjadi pelebaran jalan raya. Dari Stasiun Kendalpayak inilah bekas jalur tram
mulai berpindah kesebelah kiri jalan dan masuk kedalam hutan menuju
Sempalwadak. Saat saya menyusuri bekas jalur tersebut, saya juga menjumpai
sebuah jembatan yang sangat tinggi yang dulunya merupakan jembatan lori yang
kini digunakan masyarakat sebagai jembatan penyeberangan. Jika kita jeli,
sebenarnya di sebelah jembatan tersebut masih tampak sebuah pondasi jembatan
yang menurut saya adalah bekas jembatan tram menuju Sempalwadak.
Bekas Jalur Tram
Menuju Gadang
Rumah Dinas di Kendalpayak
Perkiraan Area
Emplasemen Halte Kendalpayak
Bangunan Halte
Kendalpayak
Sumber: Universitiet Leiden
Bekas Jalur
Kereta dari Kendalpayak Menuju Sempalwadak
Bekas Jembatan
Lori di Kendalpayak
Jembatan Tram di
Kendalpayak
Perjalanan saya lanjutkan menuju
Sempalwadak. Dari Kendalpayak lokasi jalur tram mulai masuk kedalam hutan. Hal
ini dikarenakan kondisi medan yang mulai sedikit landai. Sebelum memasuki
wilayah Sempalwadak posisi rel mulai berada disamping jalan raya lagi atau
tepatnya berada disebelah kiri jalan. Disekitar area tersebut bekas jalur tram
masih bisa dijumpai, namun tidak begitu banyak.
Akhirnya perjalanan saya tiba di
Sempalwadak. Jika melihat peta posisi pemberhentian Sempalwadak, lokasinya
berada agak masuk dari jalan raya atau tepatnya disudut sebuah pertigaan jalan.
Secara teliti saya mencoba mencari lokasi tersebut. Akhirnya saya menemukan
lokasi dimana dahulu terdapat pemberhentian Sempalwadak. Pemberhentian
Sempalwadak memang lokasinya berada diarea perkampungan. Dahulu jalur tram
diarea tersebut terhubung dengan Pabrik Gula (Suiker Fabriek) Sempalwadak yang kini sudah non aktif dan kalau
tidak salah area Pabrik Gula tersebut telah diambil alih oleh PG Kebun Agung.
Peta Lokasi
Stopplast Sempalwadak
Sumber: kitlv.nl
Rel Menuju
Sempalwadak Mulai Memasuki Hutan
Bekas Jalur Tram
Menjadi Hutan Menuju Sempalwadak (Kanan) dan Tampak Plang Milik PT. KAI
Bekas Jalur Tram
Disekitar Pemberhentian Sempalwadak
Perkiraan Area
Pemberhentian Sempalwadak
Bekas Lokasi
Pabrik Gula Sempalwadak
Bekas Rel Menuju
Bululawang
Meninggalkan Sempalwadak perjalanan
saya lanjutkan menuju Bululawang. Diarea tersebut bekas jalur tram masih banyak
terlihat. Lokasinya masih berada di sebelah kiri jalan. Beruntung aspal jalan
raya belum terlalu menutup bekas jalur tram diarea tersebut. Tak lama
meninggalkan Sempalwadak perjalanan saya akhirnya tiba di Bululawang. Lokasi
pertama yang saya tuju adalah Pasar Bululawang, karena menurut info yang saya
dapatkan bekas Stasiun Bululawang berada tepat diarea pasar.
Tak lama bagi saya mencari lokasi
bekas Stasiun Bululawang, akhirnya saya menemukan bangunan Stasiun. Lokasinya
kurang lebih berada dibelakang pasar. Bangunannya memang tidak begitu besar.
Diemplasemen stasiun saya masih bisa menjumpai bekas jalur kereta yang telah
tertutup oleh bangunan. Stasiun Bululawang kini disewakan untuk toko kelontong.
Bentuk bangunannyapun masih asli.
Peta Lokasi
Stasiun Bululawang
Sumber: kitlv.nl
Bangunan Stasiun
Bululawang
Stasiun
Bululawang Tahun 1919
Sumber:
Universitiet Leiden
Bekas
Jalur Tram di Emplasemen Stasiun Bululawang
Bekas Rel dari
Bululawang Menuju Krebet (Kanan)
Meninggalkan Pasar Bululawang
perjalanan saya lanjutkan menuju Krebet. Setelah Bululawang posisi rel berada
diarea perkampungan yang kemudian masuk kearea sebuah pondok pesantren. Dari
area pondok tersebut jalur tram kemudian berada di samping jalan raya lagi
mendekatai lokasi Pabrik Gula Krebet.
Perjalanan sayapun tiba di sekitar
Pabrik Gula Krebet. Menurut info yang saya dapatkan disekitar Pabrik Gula
Krebet masih terdapat bangunan halte bernama Halte Krebet. Dikarenakan pada
saat saya tiba dilokasi kondisi jalan sedang semrawut dan macet parah, sayapun
tidak berhasil menemukan bangunan Halte Krebet. Saya hanya bisa mengabadikan
bangunan utama PG Krebet yang kini telah bertransformasi menjadi PG Krebet
Baru. Adanya jalur tram diarea ini dahulu juga turut menyokong kegiatan
distribusi gula PG Krebet. Akan tetapi sayang seiring berjalannya waktu semua
bentuk distribusi pabrik gula telah beralih menggunakan angkutan jalan raya.
Peta Lokasi
Pabrik Gula Krebet dan Jalur Tram
Halte Krebet
Sumber: Foto
Milik Bapak Toteaux Horatio
Pabrik
Gula Krebet Baru
Pabrik Gula
Krebet dan Tram yang Melintas Tahun 1976
Sumber: Foto
Milik Rob Dickinson
Jalur Tram
Didepan PG Krebet
Sumber:
Universitiet Leiden
Bekas Jalur Tram
Didepan PG Krebet
Perjalananpun
saya lanjutkan menuju Gondanglegi. Jarak antara Krebet hingga Gondanglegi lumayan
jauh. Disepanjang perjalanan bekas jalur tram berada disebelah kiri jalan.
Bekas jalurnyapun masih banyak yang terlihat. Bahkan disebuah titik, saya juga
menjumpai bekas persilangan antara jalur tram dengan jalur lori.
Perjalanan saya tiba di Gondanglegi.
Kali ini lokasi pertama yang saya tuju adalah Pasar Gondanglegi. Setelah
mencari-cari disekitar pasar, akhirnya saya menemukan bekas bangunan Stasiun
Gondanglegi yang tak jauh dari sebuah makam. Jika dilihat dari ukurannya,
Stasiun Gondanglegi memang cukup besar. Hal ini dikarenakan disinilah terdapat
percabangan jalur menuju kearah Kepanjen dan kearah Dampit. Stasiun Gondanglegi
pada masanya cukup ramai dan sibuk. Di stasiun ini dulunya dilengkapi dengan
dipo lokomotif dan menara air.
Dibagian emplasemen stasiun. saya
masih bisa menjumpai bekas peron stasiun tempat naik turunnya penumpang yang
mulai tertimbun tanah. Kini bekas Stasiun Gondanglegi disewakan oleh PT. KAI
sebagai tempat tinggal. Ada beberapa keluarga yang mendiami bekas bangunan
stasiun tersebut.
Bekas Jalur Tram
Menuju Gondanglegi
Peta Lokasi
Stasiun Gondanglegi
Sumber: kitlv.nl
Bekas Bangunan
Stasiun Gondanglegi
Bekas Peron
Stasiun Gondanglegi
Stasiun
Gondanglegi Tahun 1919
Sumber: Universitiet
Leiden
Dipo Lokomotif
Stasiun Gondanglegi
Sumber: Foto
Milik Bapak Toteaux Horatio
Demi mengejar waktu yang mulai beranjak siang dan
cuaca yang mulai mendung, perjalananpun saya lanjutkan menuju Kepanjen dan
Dampit. Untuk rute selanjutnya yang akan saya telusuri adalah Gondanglegi –
Kepanjen. Penelusuran saya di Kepanjen akan saya tulis pada artikel yang
terpisah. Bersambung.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
PRIMA UTAMA / 2017 / WA: 085725571790 / MAIL, FB: primautama@ymail.com / INSTA: @primautama
Mas sebetulnya dari stasiun Bululawang ada jembatan Kali Manten belakang Pondok Annur, sebelum Krebet
BalasHapus