TENGGELAMNYA
JALUR WONOGIRI – BATURETNO
Pembangunan Waduk Gajah Mungkur
(WGM) pada awal tahun 1978 memaksa ribuan
warga yang berada pada peta area terdampak untuk melakukan bedol desa. Tak
tanggung-tanggung, beberapa desa harus ditenggelamkan untuk membuat waduk besar
ini. Tak hanya desa yang ditenggelamkan, jalur kereta api dari Wonogiri hingga
Baturetno pun ikut menjadi korban.
Kali
ini blusukan saya lanjutkan menyusuri jalur mati dari Wonogiri hingga Baturetno
meneruskan blusukan yang sebelumnya telah saya lakukan dari Stasiun Sangkrah
hingga Halte Tekaran. Perjalanan kali ini saya mulai dari Solo kurang lebih
pada pukul tujuh pagi menunggu kondisi lalu lintas lengang terlebih dahulu.
Kali ini blusukan saya lakukan pada hari Senin tanggal 15 September 2014. Dari
Solo saya langsung meluncur menuju Wonogiri via Sukoharjo. Kurang lebih pukul
setengah sembilan pagi saya mulai memasuki wilayah Kabupaten Wonogiri.
Gapura
Masuk Kabupaten Wonogiri
Perjalanan kemudian saya lanjutkan
untuk mencari letak Stasiun Wonogiri. Menurut informasi yang saya dapatkan, Stasiun
Wonogiri terletak di belakang Pasar Wonogiri yang berdekatan dengan terminal
angkot. Setibanya di pusat kota, saya membuntuti sebuah angkutan kota yang
kebetulan melintas di samping saya. Untung bagi saya, angkot tersebut menuntun
saya menuju ke Stasiun Wonogiri yang letaknya persis di belakang Pasar Wonogiri
sesuai informasi yang saya peroleh sebelumnya.
Emplasemen
Stasiun Wonogiri
Stasiun Wonogiri terletak di Desa
Giripurwo Kecamatan Wonogiri. Stasiun ini berdiri 144 meter diatas permukaan
air laut. Dahulunya stasiun ini merupakan stasiun pemberhentian terakhir kereta
api feeder dari Solo. Saat saya tiba
disana kondisi stasiun sangat sepi, kontras dengan ramainya kondisi pasar yang
ada di depannya. Yang nampak hanyalah aktivitas beberapa pekerja yang sibuk
memperbaiki rel di halaman stasiun. Stasiun ini sebenarnya masih nampak bagus
dan terawat. Saya sempat mengintip ruang pemimpin perjalanan kereta api dan
saya masih bisa melihat alat-alat perjalanan kereta api yang masih nampak
terawat.
Stasiun
Wonogiri
Setelah
cukup puas beristirahat di area stasiun, perjalanan saya lanjutkan menyusuri
rel menuju kesebuah perkampungan yang tak jauh dari stasiun. Disana saya
menjumpai beberapa rel yang sudah tertutup tanah dan menjadi jalan kampung. Rel
ini adalah bekas jalur menuju Baturetno yang sudah 30-an tahun tidak aktif.
Perjalanpun saya lanjutkan hingga menemukan sebuah bangunan gudang Stasiun
Wonogiri yang berada di tengah perkampungan warga.
Bangunan
gudang Stasiun Wonogiri masih tampak masih utuh dan terawat. Seperti kebanyakan gudang yang ada dibeberapa stasiun,
bangunan tersebut berfungsi sebagai sarana distribusi barang pada masanya. Tampak
pintu gudang terkunci rapat yang menandakan bahwa gudang itu sudah lama tak terpakai.
Kini area disekitar bangunan gudang Stasiun Wonogiri sudah dipadati oleh
perumahan penduduk. Bekas jalur keretapun juga sudah banyak yang hilang
tertutup bangunan rumah warga. Disamping gudang tampak rel kereta mengarah
keselatan menuju Baturetno. Akan tetapi
sayang, rel menuju ke Baturetno telah dicabut yang ditandai dengan sebuah rel
melengkung keatas yang menjadi penanda bahwa titik tersebut adalah akhir dari
jalur Solo – Wonogiri.
Bangunan
Gudang Stasiun Wonogiri
Bekas
Jalur Kereta di Samping Gudang Stasiun Wonogiri
Titik
Akhir Jalur Solo – Wonogiri
Selepas
dari perkampungan disekitar stasiun, perjalanan saya lanjutkan kembali menuju
PLTA yang ada di area Waduk Gajah Mungkur. Sebenarnya cukup sulit untuk mencari
bekas jalur kereta api menuju Baturetno karena bekas rel nya sendiri sudah di
cabut oleh PT. KAI sebelum pembangunan waduk dimulai, sehingga yang tersisa
hanyalah gundukan tanah dan jembatan yang menjadi penanda bahwa dulunya pernah
ada jalur kereta api yang melintas di area tersebut.
Memasuki
area PLTA, saya menemukan plang milik PT. KAI tertancap di pinggir jalan. Saya
pun berhenti sejenak sembari mengamati hutan yang ada disekitar papan nama itu.
Benar saja, saya melihat sebuah plengkung atau bekas jembatan tua tertutup
rimbunnya pohon. Saya segera berputar arah mendekat kearah jembatan tua
tersebut. Tidak mudah menjangkau jembatan tersebut mengingat letaknya yang ada
di tengah hutan dan gundukan tanahnya yang lumayan tinggi. Jembatan tersebut
memiliki tinggi kurang lebih 10 meter dari dasar sungai. Kerangka besi penyangga
rel pun sudah tidak ada, yang tersisa hanyalah plengkungan dari batu yang
menandakan bahwa dulu bangunan itu adalah sebuah jembatan.
Bekas
Jembatan Kereta di Area PLTA
Dari lokasi jembatan perjalanan
kemudian saya lanjutkan mengikuti arah jalur jembatan tersebut. Kurang lebih
100 meter dari jembatan saya menemukan sebuah gundukan tanah memanjang menuju
arah waduk. Saya memperkirakan bahwa gundukan tersebut adalah bekas jalur
kereta api menuju Baturetno, mengingat gundukan tersebut terletak satu garis
lurus dengan jembatan dan memiliki lebar kurang lebih sama dengan lebar jalur
kereta. Sebenarnya saya ingin lebih jauh mengikuti jalur tersebut, akan tetapi
sayang saya tidak bisa melakukannya karena area PLTA adalah area terbatas yang
hanya orang-orang tertentu saja yang boleh memasukinya.
Bekas
Jalur Kereta Menuju Waduk
Dari lokasi PLTA perjalanan saya
lanjutkan menuju Baturetno. Kali ini rute yang saya lewati melintasi sebelah
timur waduk via Ngadirojo. Cukup jauh memang jarak dari PLTA hingga Baturetno.
Akhirnya sekitar pukul setengah sebelas siang, saya tiba di Baturetno. Tujuan
pertama saya adalah Pasar Baturetno, karena sesuai informasi dibelakang pasar
itulah dulunya Stasiun Baturetno berdiri.
Sebelum memasuki wilayah pasar, saya
sempat melewati sebuah jembatan yang ukurannya lumayan besar. Disana saya
melihat bekas jembatan yang menurut saya adalah bekas jembatan kereta api.
Jembatan tersebut hanya menyisakan pondasi dan kerangka besinya saja. Dengan
rasa penasaran saya mendekati jembatan itu untuk mencari informasi lebih jauh.
Tak mudah mencapai lokasi jembatan,
saya harus melewati semak belukar yang kering serta gundukan tanah yang tinggi
untuk menjangkaunya. Dari bentuk kontur tanah saya sudah bisa memastikan bahwa
dulunya disana pernah terdapat jalur kereta api. Keyakinan saya bertambah tatkala
saya tiba dilokasi jembatan. Di area gundukan tanah saya menemukan kumpulan
batuan kecil seperti batuan penyangga bantalan kereta api atau balas yang telah
menyatu dengan tanah. Saya juga menjumpai beberapa patok milik PT. KAI
tertancap di sekitar gundukan tanah tersebut.
Bekas
Jembatan Kereta Api di Baturetno
Bekas
Jalur Kereta di Baturetno
Selepas dari
area jembatan, saya bergegas melanjutkan perjalanan menuju Pasar Baturetno. Setibanya
dipasar saya mencoba memasuki sebuah jalan yang ada dibelakang pasar. Jalan
tersebut tidaklah terlalu besar akan tetapi banyak kendaraan roda empat seperti
truk dan mobil yang lalu lalang melintasi jalan tersebut. Saya melihat sebuah
papan reklame yang ukurannya cukup besar milik salah satu toko yang ada dijalan
tersebut dan di papan tersebut tertulis alamat toko yakni Jalan Ex Stasiun
Baturetno. Berarti memang benar bahwa dijalan itulah dulunya Stasiun Baturetno
pernah berdiri.
Saya mencoba mencari informasi dari warga
sekitar yang ada disekitar pasar untuk mengetahui lokasi bekas Stasiun
Baturetno. Kebetulan saya bertemu dengan seorang kakek yang melintas di jalan
tersebut dan menanyakan keberadaan stasiun kepadanya. Kakek tersebut
menceritakan bahwa dulunya memang benar kalau di sana pernah berdiri Stasiun
Baturetno, tetapi bangunannya sudah tidak ada dan telah menjadi jalan pasar.
Saya pun sempat berputar beberapa kali di jalan tersebut dengan harapan bisa
menemukan sedikit jejak yang tertinggal tentang keberadaan Stasiun Baturetno
akan tetapi hal tersebut tidak saya temukan. Yang menjadi penanda bahwa dulunya
disana pernah berdiri sebuah stasiun hanyalah nama jalan itu sendiri yang
menerangkan bahwa bekas Stasiun Baturetno berada di area tersebut. Stasiun Baturetno
dulunya adalah stasiun terminus dijalur Wonogiri – Baturetno yang terletak di
ujung paling selatan.
Berhubung
tidak ada bukti lain yang bisa saya temukan disana, akhirnya saya putuskan
untuk menyudahi blusukan saya kali ini. Saya pun bergegas meninggalkan Pasar
Baturetno. Tak terduga saat keluar pasar saya menemukan sebuah patok yang
terbuat dari potongan besi rel kereta api tertancap di sebuah pertigaan dekat
pasar. Saya pun bergegas menghampirinya.
Patok tersebut berwarna putih biru
dengan ukuran yang tidak terlalu tinggi dengan tulisan besi yang di las
dibagian atasnya. Saya kurang tahu dengan arti tulisan tersebut karena hanya
membentuk sebuah singkatan. Mungkin patok tersebut sengaja di tinggalkan atau
mungkin sengaja di tancapkan oleh PT. KAI sebagai penanda bahwa di tempat
tersebut dahulunya pernah dilalui jalur kereta api.
Lokasi
Bekas Stasiun Baturetno
Patok
di Area Pasar Baturetno
Selepas dari
lokasi patok tersebut saya melanjutkan perjalanan pulang menuju Solo. Sungguh
terik cuaca waktu itu mengingat masih musim kemarau. Sekitar pukul satu siang
akhirnya saya tiba di Solo dengan membawa kumpulan kisah yang luar biasa
tentang keberadaan jalur Wonogiri – Baturetno.
________________________________
artikel ini dikembangkan oleh: blusukanpabrikgula.blogspot.com
________________________________
PRIMA UTAMA / 2014 / WA: 085725571790 / MAIL, FB: primautama@ymail.com / INSTA: @primautama
Sy masih sempat saksikan Stasiun Baturetno berdiri, namun sy kehilangan dokumentasi photo nya, nanti kalau ketemu sy share ya
BalasHapusok terima kasih pak, saya sangat berharap bisa melihat bagaimana stasiun baturetno dulu berdiri. sempat beberapa kali meminta keterangan warga disana tapi jawabannya kurang memuaskan karena mereka mengira saya petugas dari kai yang akan menghidupkan jalur batu retno.
HapusTolong Mas kl masih punya Foto Stasiun Baturetno . Sy dulu sering naik KA dari Baturetno ke Solo (Sangkrah) saat ada Sekaten.
Hapusitu dulunya kereta yang lewat itu kereta barang apa kereta penumpang ????
BalasHapussetahu saya barang dan penumpang, seperti halnya di daerah-daerah lain
HapusBeberapa waktu lalu saya sempat baca berita bahwa jalur Wonogiri - Baturetno akan dihidupkan kembali, bahkan rute nya akan di perpanjang hingga Kecamatan Donorojo (Kab. Pacitan)
BalasHapuskalau untuk jalur tersebut, rencana hanya sampai waduk gajah mungkur saja setahu saya. tapi hal tersebut hanya untuk wisata.
HapusSaya pernah lewat dibelakang smp didekat baturetno dulu diaitu ada besi rel bercabang tapi ukuranya pendek. Tapi sedih min liat stasiunya sudah tidak ada bekasnya-_-
BalasHapusKeren sekali, Pak. Suatu saat bolehlah saya diajak menelusuri tempat-tempat bersejarah lain, terutama stasiun tua dan jalur matinya. Salam. 😃
BalasHapusSaya masih ingat (sedikit dan samar-samar) sewaktu berumur kira-kira 3 tahun (sebelum TK), keluarga saya naik kereta "kluthuk" dari Baturetno ke Wonogiri, terus ke Solo. Gerbong penumpangnya mirip dengan gerbong yang ada di Museum Palagan Ambarawa, tempat duduknya memanjang berhadapan.
BalasHapusKetika masih di SMP, beberapa kali saya ikut ortu tilik ndeso ke Baturetno (tempat asal ortu dan moyang saya). Saya masih melihat jalur rel dan bekas stasiun itu. Really amazing !
Sekarang saya tahu kalau hampir semua peninggalan peradaban jadul itu sudah lenyap. Sedih.
penasaran gimana wujud stasiun baturetno...susah nyarinya
BalasHapusBetapa bagusnya apabila jalur kereta api solo baturetno kalou dihidupkan lagi dan di tambah jalur sampai pacitan, pastinya obyek wisata di pantai selatan akan berkembang.
BalasHapusmasih ada satu jembatan mas. jembatan itu tersembunyi di balik pepohonan dan masih ada bekas rel kereta api nya. kalau mau singgah lagi ke baturetno bisa ajak saya.
BalasHapuswah bisa nih dicobaaa hehehehe sebelah mana mas dari jalan raya ?
Hapussaya pernah ke daerah nguntoronadi, niatnya maen mas, sama temen diajak ke desa, jauh banget dari jalan raya, sekitar 3 km ternyata itu sampai disebuah bekas jembatan besar di pinggir danau, setelah saya tanya teman ternyata itu bekas jembatan kereta, dan danau tersebut adalah Waduk Gajah Mungkur Wonogiri,, saat itu ketika kekeringan mas, dan volum air turun, itu tahun 2015 kalau ndak salah, saya sempat mendokumentasikan tetapi hilang
BalasHapusmasuk pak eko
BalasHapusSekitar awal th 90an..ex stasiun Baturetno masih ada.dan banyak burung Sriti disana..kalo sore pada keluar nyari makan..sekarang daerah situ dah padat banget dengan rumah dan bangunan..terus dibarat pasar Baturetno dulu ada sumber air yg dipake buat nyuci gerbong2 kayaknya..saat aku masih kecil sumber air itu masih ada dan aku sering diajak alm.ayah nyuci mobil disitu.. kayaknya damai Banget waktu itu..
BalasHapussalam kenal mas. terima kasih ulasannya. keren sekali
BalasHapusMungkin bisa d tanyakan ke pemerintahan setempat doc (photo) wujud stasiun baturetno
BalasHapusmas,,, di utara bekas jembatan kereta baturetno ada makam kuno, bong cino yg lumayan lama dan jumlahnya bnyak, saya hnya lewat tpi blum mngetahui informasinya,, mungkin bisa d blusuki lagi mas, nuwun
BalasHapus